Cina Buat AI Supermind, Disebut Rekrut 130 Juta Ilmuwan Militer Dunia

Desy Setyowati
6 Maret 2024, 15:27
cina, ai supermind, amerika,
ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/M Risyal Hidayat/wsj.
Presiden Cina Xi Jinping (kedua kanan) didampingi Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi yang juga sebagai Ketua Bidang Dukungan Penyelenggaraan Acara G20 Luhut Binsar Pandjaitan (kiri) dan Gubernur Bali I Wayan Koster (kanan) setibanya di Terminal VVIP I Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Senin (14/11/2022).

DOD secara khusus tertarik pada bidang teknologi seperti AI, komputasi kuantum, semikonduktor, bioteknologi, dan komputasi kinerja tinggi.

Platform OSINT akan mampu mengidentifikasi tren sains dan teknologi baru di setiap bidang minat dengan menganalisis data sumber terbuka dan mengenali pola unik yang ditentukan oleh pengguna.

Selain itu, bisa menggambarkan individu, organisasi, dan jaringan yang terlibat dalam tren tersebut.

Dugaan Strategi Sebar Ilmuwan Cina

Berdasarkan laporan Asia Times pada September 2022, Cina menggunakan keahlian dan sumber daya Amerika untuk memajukan kepentingan militer dan strategis. Laporan ‘Los Alamos Club’ mengungkapkan bagaimana Tiongkok memberikan insentif kepada para ilmuwan untuk menjelajah ke luar negeri, memperdalam keahlian, dan kembali ke negara untuk melaksanakan proyek-proyek militer dan strategis.

Laporan tersebut mengklaim bahwa para ilmuwan Cina yang berpartisipasi dalam penelitian sensitif yang didanai pemerintah AS, membantu kemajuan pesat Tiongkok baru-baru ini dalam berbagai teknologi militer penting.

‘Los Alamos Club’ juga mengklaim, Cina menerapkan ‘Strategi Kekuatan Super Bakat’ untuk memberi insentif kepada akademisi, peneliti, dan ilmuwan guna memajukan kepentingannya sebagai bagian dari Thousand Talents Program (TTP).

Laporan tersebut menuduh Cina menerapkan strategi sumber daya manusia itu di Laboratorium Nasional Los Alamos AS, fasilitas penelitian terkemuka Departemen Energi AS atau DOE untuk merancang hulu ledak nuklir.

Laporan ‘Los Alamos Club’ menyoroti strategi rekrutmen ilmuwan Cina, yang memungkinkan transfer teknologi sensitif kembali ke Tiongkok. Laporan ini juga mengutip contoh-contoh di mana para peneliti Beijing menggandakan teknologi Negeri Tirai Bambu.

Pada 2018, pemerintahan Presiden AS Trump memprakarsai Inisiatif Tiongkok untuk mengatasi spionase dalam penelitian dan industri AS. DOE mengeluarkan pedoman pada 2019 yang melarang kontraktor dan karyawan berpartisipasi dalam program perekrutan talenta asing.

Pemerintah AS mengadili ilmuwan Cina dan AS yang dinyatakan bersalah karena berkonspirasi mencuri rahasia dagang, membuat pernyataan palsu, melakukan pelanggaran pajak, serta memiliki hubungan yang dirahasiakan dengan TTP dan universitas-universitas Cina.

Namun, Inisiatif Tiongkok dikritik karena lensa kriminal dan memicu ketakutan akan profil rasial, kejahatan rasial, pengawasan pemerintah, kesulitan karier profesional, dan rasisme. Departemen Kehakiman AS atau DOJ pun menyetop kebijakan ini pada Februari 2022.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...