Jurus Pemerintah Sukses Tarik 4 Produsen EV Cina Bikin Pabrik di RI
Pemerintah mengeluarkan sederet insentif bagi produsen mobil listrik dunia yang akan membangun kendaraan listrik di Indonesia. Saat ini, sudah ada empat produsen kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) asal Cina yang tertarik membangun pabrik di Indonesia.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi di Kemenko Maritim dan Investasi, Rachmat Kaimuddin, mengatakan pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 79 Tahun 2023 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 Tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.
Dalam perpres tersebut, pemerintah membebaskan Bea Masuk impor dan Pajak Penjualan Barang Mewah bagi mobil listrik yang masuk ke Indonesia hingga 31 Desember 2025.
Namun, Rachmat mengatakan, terdapat sejumlah persyaratan untuk memenuhi insentif tersebut. Persyaratan tersebut yaitu produsen harus memproduksi mobil listrik di Indonesia yang jumlahnya minimal sama dengan yang diimpor dengan menggunakan fasilitas insentif tersebut.
"Jadi jika dia impor 1.000 unit, maka nanti harus produksi 1.000 unit. Jika hanya produksi 500, maka dia harus membayar insentif tersebut sejumlah 500 unit," ujarnya saat konferensi pers melalui daring, Jumat (22/12).
Rahmat mengatakan, produsen harus selesai membangun dan memproduksi sesuai dengan jumlah yang ditentukan hingga 2027. Produksi mobil listrik buatan Indonesia itu pun harus memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri sesuai ketentuan pemerintah.
Sebagai informasi berdasarkan Perpres no.79 tahun 2023, produsen kendaraan listrik wajib memenuhi TKDN hingga 40% sampai 2026. Mulai 2027, TKDN tersebut ditingkatkan menjadi 60%.
Rachmat mengatakan, dirinya telah melakukan kunjungan ke Cina pekan lalu dan menyampaikan aturan baru tersebut. para pemangku kepentingan di Cina menyambut baik insentif tersebut.
"Karena dalam membangtun kapasitas produks membutuhkan waktu, dan mereka butuh untuk pengembangan pasar," ujarnya.
Rachmat mengatakan, salah satu investor bahkan mempercepat rencana produksinya di Indonesia. Jika sebelumnya, mereka akan memproduksi dan impor pada Desember 2024, kini mereka sudah punya TKDN di atas 40 persen.
Target Populasi Kendaraan Listrik
Rachmat mengatakan, Indonesia merupakan pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara. Saat ini, terdapat 129 juta motor dan 23 juta mobil di Indonesia.
Namun, populasi kendaraan listrik masih sedikit. Rachmat mengatakan, pemerintah menargetkan populasi kendaraan listrik minimal mencapai 10 persen pada 2030, yaitu 2 juta unit untuk mobil listrik dan 13 juta unit untuk motor listrik.
"Saat ini masih di level uluhan ribu, jadi masih jauh target kita," ujarnya.
Rachmat mengatakan, saat ini sudah ada 17 pabrik motor listrik di Indonesia. Mereka sudah mengeluarkan 30 produk motor listrik dengan TKDN lebih dari 40 persen.
"Bahkan pabrikan nomor satu, honda, juga sudah produksi motor listrik dan mendapatkan subsidi. Ini tentunya kabar baik," ujarnya.
Sementara produsen yang memproduksi mobil listrik di RI dengan TKDN di atas 40 persen baru dua merek. "Ini yang mau kita dorong, karena cuma dua yang punya TKDN di atas 40%, satu asal Korea, satu lagi asal Cina," ujarnya.
Menurut laporan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil wholesales pada Oktober 2023 sebesar 80.270 unit, hanya naik tipis 0,43% dibanding bulan sebelumnya (month-on-month/mom).