Era Energi Baru, Holding BUMN Tambang Pacu Gasifikasi Batu Bara & PLTS

Ameidyo Daud Nasution
7 November 2020, 20:13
energi terbarukan, MIND ID, tambang
ANTARA FOTO/Makna Zaezar/wsj.
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Barito, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Sabtu (13/6/2020). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi produksi batu bara hingga Mei 2020 mencapai 228 juta ton, atau 42 persen dari total target produksi nasional tahun 2020 yaitu 550 juta ton.

Strategi relatif sama untuk menyambut energi bersih juga dilakukan PT Pertamina (Persero) dan PT Medco Power. Pertamina memperkirakan jika proses tranformasi hijau benar-benar berjalan, maka porsi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi dunia akan menurun dari 90% pada 2019 menjadi 67% pada 2030.

Oleh sebab itu Pertamina adalah mengintegrasikan rantai nilai dari sumber daya hilir termasuk kelistrikan. Salah satu yang menjadi fokus adalah mengembangkan sumber energi alternatif dan lebih bersih seperti panas bumi dan gas. “Jadi memproduksi power, khususnya geotermal,” kata Senior Vice President Corporate Strategic Growth Pertamina Daniel Purba.

Sedangkan PT Medco Power Indonesia juga akan menjadikan energi terbarukan lantaran potensi bisnis ini akan terus melesat ke depannya. Apalagi beberapa negara lain juga telah menetapkan rencana serupa.

Sebagai contoh, Thailand menetapkan target porsi energi terbarukan hingga 35% pada 2035. Sedangkan Tiongkok menargetkan 50% pembangkit listrik mereka tak menggunakan energi fosil pada 2030.

Meski demikian mereka juga menggunakan liquified natural gas (LNG) sebagai loncatan menuju pengembangan energi baru dan terbarukan. Alasannya, Medco merupakan pemasok gas sehingga perlu mengintegrasikan bisnis hilir. Faktor berikutnya, gas bumi ini merupakan energi yang relatif bersih.

Renewable energy memang potensial, tapi ada faktor intermiten untuk melengkapi pembangkit listrik,” kata Planning & Business Development Director Medco Power Indonesia Femi Sastrena.

Target Pemerintah

Sedangkan pemerintah menargetkan bauran energi terbarukan di Indonesia dapat menyentuh 23% pada 2025 dan 31% pada 2050. Meski demikian, realisasinya saat ini baru mencapai 10%, mayoritas dari panas bumi, air, angin, dan sinar matahari.

Maka Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta Direktur Jenderal EBTKE yang baru Dadan Kusdiana mengejar target tersebut. Selain itu Arifin memerintahkan Dadan mempercepat penyusunan aturan agar harga listrik energi terbarukan lebih kompetitif.

 Dengan begitu investor pun tertarik menanamkan uangnya di sektor ini. Selain itu, untuk pengawasan, Dadan perlu melakukan pendampingan sejak penyusunan program hingga pemanfaatannya. “Dirjen EBTKE harus menjadi katalisator dan mampu mendorong pelaksanaan reformasi birokrasi,” kata Arifin saat pelantikan pejabat eselon I ESDM, Jumat (6/11).

Meski demikian, pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menyatakan pengembangan energi terbarukan tidak bisa meniadakan peran energi fosil. Apalagi pemakaian minyak, gas bumi, dan batu bara tetap mayoritas, di kisaran 60%.

Pri Agung melihat posisi Indonesia tetap sejalan dengan transisi energi global namun tetap harus melakukannya sesuai dengan sumber daya alam yang negara ini miliki. “Sebaiknya tidak latah dengan mengekor kebijakan negara lain begitu saja,” kata Pri Agung, Jumat (6/11).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...