IATA Minta Perusahaan Minyak Tambah Produksi Avtur Ramah Lingkungan

Hari Widowati
7 Desember 2023, 11:53
Ilustrasi IATA
Pertamina
International Air Transport Association (IATA) meminta sektor minyak dan gas serta produsen bahan bakar alternatif meningkatkan upaya untuk memproduksi bahan bakar penerbangan yang lebih ramah lingkungan untuk membantu maskapai penerbangan mengurangi emisi karbon.

International Air Transport Association (IATA) meminta sektor minyak dan gas, serta produsen bahan bakar alternatif meningkatkan upaya untuk memproduksi bahan bakar penerbangan yang lebih ramah lingkungan untuk membantu maskapai penerbangan mengurangi emisi karbon. Hal itu disampaikan Kepala Ekonom Badan Industri Penerbangan Global IATA Marie Owns Thomsen.

Penerbangan menyumbang sekitar 2-3% dari emisi karbon global dan bukan merupakan industri yang mudah untuk melakukan dekarbonisasi dibandingkan dengan bentuk-bentuk transportasi lain seperti perjalanan darat.

Bahan bakar penerbangan yang berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF) dapat mengurangi emisi penerbangan hingga 80% dan dipandang sebagai solusi ramah lingkungan yang utama untuk sektor ini.

Namun, menurut data IATA, SAF hanya menyumbang 0,2% dari penggunaan bahan bakar jet global, atau sekitar 500.000 metrik ton produksi. Angka ini lebih rendah dari yang diharapkan oleh industri penerbangan. Harga SAF juga tiga hingga lima kali lebih mahal daripada bahan bakar jet tradisional.

Hanya 3% dari anggaran modal minyak dan gas global diinvestasikan ke dalam produksi SAF. Padahal, margin keuntungan SAF jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sektor penerbangan. Marie Owens Thomsen, Kepala Ekonom IATA mengatakan sektor penerbangan akan mencapai margin keuntungan 2,7% pada tahun 2024.

"Hal ini jelas harus diubah," ujar Thomsen, di Jenewa, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (7/12).

Pada tahun 2050, dunia membutuhkan 500 juta metrik ton SAF untuk memenuhi target lingkungan. Sementara itu, IATA memprediksi 63 juta metrik ton SAF akan diproduksi pada 2030.

Beban investasi tersebut tidak dapat dibebankan kepada maskapai penerbangan saja, kata IATA. Thomsen memperkirakan bahwa maskapai penerbangan dapat menghabiskan hingga US$2,4 miliar pada tahun 2024 di luar biaya reguler mereka untuk mengamankan SAF.

Puluhan maskapai penerbangan telah menandatangani perjanjian penyerapan dengan produsen SAF di seluruh dunia. Apalagi, tekanan bagi maskapai penerbangan untuk memenuhi persyaratan peraturan yang mulai berlaku pada 2025 di Eropa terus meningkat.

Kekhawatiran Mengenai Kelebihan Pasokan

Produsen SAF mengeluh bahwa mereka tidak memiliki kepastian tentang berapa banyak bahan bakar yang akan diproduksi. Mereka juga khawatir menghadapi masalah kelebihan pasokan di tahun-tahun mendatang.

Pada November, seorang eksekutif Neste (NESTE.HE) mengatakan bahwa perusahaan penyulingan minyak tersebut dapat memiliki kelebihan kapasitas produksi SAF pada tahun 2028 dan membutuhkan lebih banyak kepastian tentang permintaan jangka panjang untuk menjustifikasi investasi setelah titik tersebut.

"Ini tidak masuk akal dari Neste," kata kepala IATA, Willie Walsh. "Setiap tetes SAF yang diproduksi telah digunakan dan akan digunakan." Neste tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.

Thomsen juga mengatakan bahwa pasar SAF perlu menjadi lebih global, sehingga produksi dapat memenuhi permintaan di seluruh dunia, tidak hanya di daerah di mana pabrik SAF berada.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...