PLN Resmikan Stasiun Pengisian Hidrogen Pertama di Indonesia

Tia Dwitiani Komalasari
21 Februari 2024, 12:13
Stasiun Pengisian Hidrogen stasiun PLN
PLN

Ringkasan

  • PLN meresmikan stasiun pengisian hidrogen pertama di Indonesia di Senayan, mendukung kendaraan ramah lingkungan.
  • PLN mengembangkan hidrogen hijau dengan produksi 203 ton per tahun dari 22 pembangkit, 128 ton di antaranya dapat dimanfaatkan untuk transportasi.
  • Bahan bakar hidrogen hijau yang dihasilkan PLN sangat kompetitif dibandingkan BBM, dengan biaya per kilometer hanya sekitar Rp276, menjadikannya alternatif ramah lingkungan dan hemat biaya.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT PLN (Persero) meresmikan stasiun pengisian hidrogen atau hydrogen refueling station (HRS) pertama di Indonesia  berlokasi di Senayan, Jakarta, Rabu (21/2). Hidrogen merupakan salah satu bahan bakar alternatif ramah lingkungan.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan transportasi berbasis kendaraan listrik atau electric vehicle tengah berkembang pesat. Namun, ada teknologi yang dikembangkan oleh PLN dalam mendukung transportasi ramah lingkungan yakni hidrogen hijau.

"PLN siap mendukung green transportation transformation baik itu EV maupun fuel cells," kata Darmawan saat meresmikan Stasiun Pengisian Hidrogen Umum (SPHU), Rabu (21/2).

Dia mengatakan, PLN sudah  meresmikan produksi hidrogen yang ada di Muara Tawar, Muara Karang, dan Tanjung Priok. PLN juga telah meresmikan 21 pembangkit hidrogen dengan produksi 199 ton per tahun.

"Di sini sudah green hydrogen karena kami menyediakan listriknya berbasis pada rooftop dan juga renewable energy certificate," ujarnya.

Selain itu, kata Darmawan, PLN juga tengah mengembangkan hidrogen hijau dari true renewable energy production dengan membangun pabrik hidrogen di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang.

"Ada tambahan sekitar 4,3 ton per tahun. Jadi, totalnya ada 203 ton green hydrogen dari 22 pembangkit kami yang diproduksi oleh PLN," kata dia lagi.

Biaya Kompetitif

Dari total produksi tersebut, Darmawan mengatakan, PLN hanya menggunakan 75 ton untuk kebutuhan operasional pembangkit. Sementara sisanya 128 ton hidrogen hijau bisa digunakan untuk sektor transportasi.

"Kebutuhan dari PLN untuk pendinginan pembangkit kami hanya 75 ton, artinya ada 128 ton green hydrogen yang bisa digunakan untuk sektor transportasi," ujar Darmawan pula.

Sementara itu berdasarkan perhitungan PLN, bahan bakar hidrogen hijau yang dihasilkan dari sisa operasional pembangkit sangat kompetitif jika dibandingkan dengan BBM. Perbandingannya, per 1 kilometer (km) mobil BBM membutuhkan biaya Rp1.300. Sedangkan mobil listrik Rp 350-400 per km, dan mobil hidrogen hanya Rp276 per km.

"Biayanya hanya sekitar Rp 276 saja per km. Coba bandingkan dengan biaya menggunakan BBM Rp1.300 per km. Ini yang jelas, kalau BBM ada sebagian yang diimpor. Kalau ini (hidrogen) semuanya produk dalam negeri," kata Darmawan.

Dia mengatakan, HRS Senayan nantinya akan semakin strategis,karena di sana juga dibangun charger electric vehicle berbasis hidrogen yang memiliki fungsi sama dengan SPKLU. Selain itu, juga dibangun hydrogen center dan hydrogen gallery room sebagai pusat pelatihan dan pendidikan terkait hidrogen di Indonesia.




Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...