Panel Pajak India Usulkan Kenaikan Pajak Kendaraan Listrik Mewah
Sebuah panel pajak India mengusulkan kenaikan pajak atau pungutan konsumen atas mobil listrik mewah yang harganya di atas US$ 46.000 atau Rp 755,07 juta (kurs Rp 16.410/US$). Kebijakan ini dinilai dapat memengaruhi penjualan produsen mobil seperti Tesla, Mercedes-Benz, BMW, dan BYD di negara tersebut.
Perdana Menteri Narendra Modi bertujuan untuk mereformasi sistem pajak India dan mendorong warga India untuk membeli lebih banyak barang produksi dalam negeri, terutama ketika hubungan dengan Amerika Serikat memburuk karena tarif yang tinggi. Pemerintahan Modi telah merekomendasikan pemotongan besar dalam pajak barang dan jasa (Goods Service Tax atau GST) yang dapat membuat segalanya mulai dari sampo hingga elektronik menjadi lebih murah.
Panel kunci yang bertugas memberikan saran tarif kepada Dewan GST India telah mendukung pemangkasan besar-besaran untuk banyak barang sejalan dengan perombakan Modi. Akan tetapi, panel tersebut menyerukan kenaikan pajak pada mobil listrik.
Panel tersebut merekomendasikan kenaikan tarif GST menjadi 18% dari 5% saat ini untuk kendaraan listrik (EV) dengan harga antara 2 juta hingga 4 juta rupee atau Rp 368 juta hingga Rp 736 juta. Panel tersebut juga mengusulkan kenaikan pajak menjadi 28% untuk mobil dengan harga di atas Rp 736 juta dengan alasan kendaraan tersebut melayani "segmen atas" masyarakat dan sebagian besar diimpor daripada diproduksi di dalam negeri.
Namun, pemerintah Modi secara bersamaan telah memutuskan untuk menghapus tarif pajak 28%. Sumber Reuters menyebut keputusan itu membuat Dewan GST memiliki opsi untuk menaikkan pajak kendaraan listrik menjadi 18%, atau memasukkannya ke dalam kategori 40% yang baru direncanakan yang diperuntukkan bagi barang-barang mewah tertentu.
Dewan GST India - yang dipimpin oleh menteri keuangan federal dan beranggotakan perwakilan dari seluruh negara bagian di India - akan bertemu pada 3-4 September untuk meninjau usulan ini. Mereka memiliki otoritas tertinggi dalam pengambilan keputusan.
Sekretariat Dewan GST tidak menanggapi pertanyaan dari Reuters.
Produsen Mobil Listrik Khawatir
Setelah berita Reuters tersebut, indeks Nifty Auto berbalik negatif dan turun sebanyak 0,5%, pada Selasa (2/9). Harga saham produsen mobil lokal Mahindra and Mahindra turun hampir 3% dan Tata Motors turun 1,2%.
Pasar kendaraan listrik India masih kecil, hanya sekitar 5% dari total mobil yang terjual pada bulan April hingga Juli tahun ini. Akan tetapi, pertumbuhan di segmen ini sangat pesat. Penjualan mobil listrik di India meningkat 93% menjadi 15.500 unit selama periode tersebut.
"Penyerapan kendaraan listrik meningkat dan sementara, tarif rendah 5% adalah untuk mendorong adopsi kendaraan listrik yang lebih cepat, penting juga untuk menandakan bahwa EV dengan harga lebih tinggi dapat dikenakan pajak dengan tarif yang lebih tinggi," kata dokumen tersebut, yang merinci rekomendasi panel pajak.
Usulan tersebut dapat memengaruhi produsen kendaraan listrik domestik seperti Mahindra dan Tata Motors, meskipun produk mereka yang memiliki kisaran harga 2 juta rupee atau Rp 373,6 juta terbatas.
Produsen mobil asing yang menawarkan kendaraan listrik kelas atas akan terpukul lebih keras. Tesla baru saja meluncurkan Model Y di India dengan harga dasar US$ 65.000 atau Rp 1,07 miliar. Sementara itu, Mercedes-Benz, BMW, dan BYD juga menawarkan mobil listrik mewah kelas atas.
Produsen mobil dengan suara bulat menyerukan agar tarif GST 5% dipertahankan agar tidak mengganggu aspirasi dan target kendaraan listrik India.
Dalam sebuah pernyataan, Tata mengatakan kepada Reuters bahwa "sangat penting" untuk mempertahankan tarif pajak karena kenaikan apa pun akan memperlambat "transisi menuju mobilitas bersih." BMW India, yang berinvestasi dalam memperluas portofolio kendaraan listriknya di negara tersebut, mengatakan kenaikan tersebut "dapat menggagalkan visi adopsi kendaraan listrik yang tinggi dan produksi lokal."
