Palang Merah Sebut Perubahan Iklim Lebih Bahaya Daripada Covid-19

Sorta Tobing
18 November 2020, 13:47
palang merah, ifrc, Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, perubahan iklim
ANTARA FOTO/REUTERS/Thierry Gouegnon/wsj/cf
Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) menyebut pemanasan global menjadi ancaman lebih serius daripada Covid-19.

Berinvestasi berkelanjutan, menurut dia, lebih hemat biaya daripada harus mengeluarkan biaya tanggap darurat kemanusiaan. IFRC memperkirakan sekitar US$ 50 miliar akan dibutuhkan setiap tahun selama dekade berikutnya untuk membantu 50 negara berkembang beradaptasi dengan perubahan iklim.

Ia menyesalkan banyak investasi untuk pencegahan dan mitigasi perubahan iklim tidak masuk ke negara-negara berkembang yang paling berisiko. "Penelitian kami menunjukkan, dunia secara kolektif gagal melakukan ini," ujarnya.

Bencana Cuaca Naik Setiap Tahun

Perserikatan Bangsa-Bangsa alias PBB sebelumnya memperingatkan jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan meningkat 50% pada 2030 dibandingkan dua tahun lalu. Pada 2018, sebanyak 108 juta orang membutuhkan bantuan tersebut.

Bencana cuaca, seperti gelombang panas, pemanasan global, kebakaran hutan, badai, kemarau, dan peningkatan jumlah topan terjadi lebih banyak setiap tahun. Badan Meteorologi Dunia atau WMO mengatakan ada 11 ribu bencana terkait cuaca, iklim selama 50 tahun terakhr. Hal ini menyebabkan dua juta kematian dan menimbulkan kerugian ekonomi sebesar US$ 3,6 triliun.

Jumlah rata-rata kematian dari masing-masing bencana cuaca menurun sepertiga setiap tahun. Namun, jumlah bencana dan kerugian ekonominya terus meningkat. “Sementara Covid-19 menyebabkan kirisisi kesehatan dan ekonomi yang besar, penting untuk mengingat perubahan iklim akan terus meningkatkan ancaman kehidupan manusia, ekosistem dan ekonomi hingga berabad-abad mendatang,” Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas beberapa waktu lalu.

Di Indonesia, kejadian bencana cenderung meningkat pada periode 2005 hngga 2015, termasuk bencana geologi dan hidrometeorologi. Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), hidrometeorologi mendominasi dengan 78% kejadian, termasuk banjir, gelombang ekstrem, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca ekstrem.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...