Demam Berdarah dan Malaria Melonjak Imbas Perubahan Iklim

Rena Laila Wuri
26 April 2024, 13:00
Petugas melakukan fogging atau pengasapan di salah satu rumah warga yang positif kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Desa Lambhuk, Banda Aceh, Aceh, Selasa (30/8/2022). Pemkot Banda Aceh terus melakukan pengasapan di beberapa desa untuk mencegah penyebaran
ANTARA FOTO/Ampelsa/aww.
Petugas melakukan fogging atau pengasapan di salah satu rumah warga yang positif kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Desa Lambhuk, Banda Aceh, Aceh, Selasa (30/8/2022). Pemkot Banda Aceh terus melakukan pengasapan di beberapa desa untuk mencegah penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sehubungan sejak Januari hingga 25 Agustus 2022 kasus DBD terus bertambah menjadi 136 kasus yang sebagian besar menyerang anak dan empat orang diantaranya meninggal.
Button AI Summarize

Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk makin menyebar ke seluruh dunia karena perubahan iklim. Pemanasan global menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan kasus malaria dan demam berdarah (DBD) selama 80 tahun terakhir.

Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO ) jumlah kasus demam berdarah secara global telah meningkat delapan kali lipat dalam dua dekade terakhir. Pada 2000, kasus demam berdarah mencapai 500.000 kasus, lalu meningkat menjadi lebih dari 5 juta pada 2019.

Ketua Kelompok Ketahanan Kesehatan Global Barcelona Supercomputing Center di Spanyal, Rachel Lowe, mengatakan nyamuk lebih menyukai kondisi yang lebih hangat dan lembab untuk mereka berkembang. Sebelumnya, dia telah memperingatkan bahwa wabah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk akan menyebar ke seluruh bagian Eropa utara, Asia, Amerika Utara, Australia dan wilayah lain di dunia dalam beberapa dekade mendatang.

"Pemanasan global karena perubahan iklim membawa nyamuk menyebarkan malaria dan DBD di lebih banyak wilayah. Wabah yang terjadi di daerah di mana orang cenderung naif secara imunologis dan sistem kesehatan, masyarakatnya tidak siap," kata Lowe dikutip Reuters, Jumat (26/4).

Kemarau Memperluas Penyebaran Penyakit

Lowe mengatakan, musim panas yang lebih panjang akan memperbesar peluang penyebaran penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Dengan demikian, penularan yang masif akan berpotensi menjadi wabah dan semakin kompleks untuk ditangani.

Sebelum berkembang di Eropa, demam berdarah dulunya lebih banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Pasalnya, larva dan telur nyampuk tidak bisa bertahan di suhu dingin.

Namun, musim panas yang lebih lama dan salju yang lebih jarang membuat penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yang paling cepat menyebar di dunia, terutama di Eropa.

Halaman:
Reporter: Rena Laila Wuri
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...