Penerbitan Obligasi Hijau Global Meroket 186% Menjadi Rp 4.154 Triliun

Happy Fajrian
29 April 2021, 16:41
obligasi hijau, obligasi berkelanjutan
Arief Kamaludin (Katadata)
Ilustrasi. Investor yang semakin menyadari isu-isu terkait lingkungan dan perubahan iklim memacu pertumbuhan obligasi hijau berkelanjutan.

Direktur investasi pendapatan tetap Aberdeen Standard Investments James Athey mengatakan bahwa klien semakin sadar akan isu lingkungan, sosial, dan tata kelola (environmental, social, and governance/ESG), sehingga mereka mencari pengelola investasi yang menawarkan hal tersebut.

“Klien secara sadar mencari produk yang berupaya memengaruhi perilaku penerbit obligasi dan bersedia membayar untuk hak istimewa tersebut. Mereka sering secara implisit mengizinkan manajer portofolio untuk membayar ‘greenium’ (premium berbasis hijau), untuk obligasi yang relevan,” ujar Athey.

Karena sering kali lebih murah, maka banyak perusahaan atau emiten yang ingin terlibat dalam pembiayaan hijau. Dinamika ini kemungkinan akan terus berlanjut selama beberapa tahun ke depan, sehingga pertumbuhan di pasar obligasi ini diperkirakan akan signifikan.

Adapun lembanga keuangan seperti bank menyumbang bagian terbesar dari total penerbitan obligasi hijau pada tiga bulan pertama tahun ini dengan porsi mencapai 41%. Sedangkan pemerintah memiliki bagian 21%.

Sementara bank terbesar dalam hal penerbitan obligasi berkelanjutan yaitu JPMorgan Chase sebesar US$ 9,84 miliar (Rp 142,68 triliun) dalam bentuk obligasi hijau, diiktui BNP Paribas US$ 8,67 miliar (Rp 125,71 triliun) dengan US$ 7,32 miliar (Rp 106,14 triliun) berupa obligasi sosial, dan Citigroup US$ 7,14 miliar (RP 103,53 triliun).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...