Altcoin, Alternatif Koin Pilihan Investasi Uang Kripto

Amelia Yesidora
20 Mei 2022, 08:15
 mata uang kripto
Unsplash/Executium
Ilustrasi mata uang crypto

Runtuhnya harga beberapa mata uang kripto atau cryptocurrency dalam beberapa waktu terakhir, menjadi pengingat bagi investor akan besarnya volatilitas uang digital tersebut. Tak hanya merosot dalam waktu cepat, uang kripto juga bisa naik dan memberikan cuan besar dalam waktu singkat. 

Tak semua investor sanggup menghadapi volatilitas besar di pasar mata uang kripto tersebut. Umumnya hanya investor dengan profil risiko tinggi yang berani berinvestasi da  mencari cuan di pasar kripto. Apalagi, gejolak situasi ekonomi dan politik global saat ini berdampak pada kenaikan harga komoditas, sehingga menurunkan minat investasi di mata uang digital.

Sebut saja Terra Luna, salah satu mata uang kripto mengalami penurunan tajam hingga 100 % hanya dalam hitungan hari. Berdasarkan catatan Katadata, Jumat (13/5) token kripto Terra Luna dengan kode perdagangan LUNA ambrol 99,98 % ke harga Rp 0,5 per koin. Harga ini merosot nyaris 100 % dari harga sebelumnya, yakni Rp 1.768,27 per koin.

Untuk menghalau risiko penurunan tajam layaknya token LUNA, investor harus bisa memilah mata uang kripto mana yang cocok dengan tujuan investasinya. Di sisi lain, pengembang mata uang kripto pun mulai mengembangkan mata uang lain yang akan ramai digunakan, sesuai dengan tujuan dan visi masing-masing. Dengan anggapan seperti itu, maka hadirlah altcoin.

Apa Itu Altcoin?

Istilah altcoin lahir dari gabungan dua kata alternative dan coin. Dengan begitu, pengertian sederhana altcoin adalah mata uang kripto selain Bitcoin atau BTC ataupun Ethereum (ETH) yang biasa digunakan publik. Mata uang baru ini diciptakan oleh pihak pengembang atau developer, karena memiliki tujuan atau fungsi lain yang membedakannya dengan BTC ataupun ETH.

Ada tiga perbedaan mendasar dari altcoin dan BTC yang membuatnya cenderung lebih unggul. Pertama, altcoin memiliki lebih banyak fitur dari BTC, baik dari segi kecepatan transaksi, biaya mining, dan lainnya. Kedua, sebagian Altcoin tidak memiliki batasan suplai layaknya Bitcoin.

Satoshi Nakamoto, nama samaran dari pencipta BTC, telah menetapkan dari awal bahwa jumlah BTC di seluruh dunia akan dibatasi hingga 21 juta saja. Keterbatasan inilah yang membuat nilai BTC meninggi. Di sisi lain, altcoin tidak membatasi jumlah suplainya, sebab ia harus terus diciptakan untuk memenuhi tujuan penciptaan di awal.

Ketiga, biaya transaksi altcoin lebih murah daripada BTC. Hal ini tentu menarik minat investor untuk melakukan investasi atau bahkan trading atas aset tersebut. Selain itu, investor pun bisa memilih dari banyaknya variasi altcoin yang ada dan kemudian disesuaikan dengan tujuan investasinya. Meski begitu, altcoin memiliki kapitalisasi pasar dan likuiditas yang lebih rendah dibanding dengan BTC.

Melansir dari Investopedia, altcoin pertama yang diciptakan adalah Litecoin, pemecahan dari blockchain Bitcoin pada 2011. LItecoin menggunakan mekanisme bukti kerja alias Proof-of Work (PoW) yang berbeda dengan Bitcoin, yakni Scrypt. Mekanisme ini diklaim lebih hemat energi dan lebih cepat dari mekanisme SHA-256 PoW yang digunakan Bitcoin.

CRYPTO-CURRENCY/SICHUAN-MINING
CRYPTO-CURRENCY/SICHUAN-MINING (ANTARA FOTO/REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo/aww/cf)

Lima Kategori Altcoin

Altcoin hadir untuk memenuhi tujuan berbeda dari masing-masing pengembang, di mana tujuan ini tidak dapat dipenuhi oleh BTC atau ETH. Maka dari itu, seluruh altcoin dapat dikelompokkan dalam lima kategori berdasarkan tujuan pengembangan awalnya. 

Satu altcoin bisa saja masuk ke lebih dari satu kategori, contohnya TerraUSD yang adalah sebuah stablecoin serta utility token. Berikut penjelasan jenis altcoin berdasarkan tujuan penggunaannya:

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...