Reflasi, Ancaman Baru Ekonomi Global yang Lebih Parah dari Stagflasi

Amelia Yesidora
29 November 2022, 11:51
Pj Gubernur Banten Al Muktabar (kiri) berbincang dengan pedagang sayur saat melakukan inspeksi pengendalian inflasi di Pasar Induk Rau Kota Serang, Banten, Jumat (11/11/2022). Inspeksi dilakukan untuk memantau stabilitas harga-harga bahan pokok dan mengen
ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/nz
Pj Gubernur Banten Al Muktabar (kiri) berbincang dengan pedagang sayur saat melakukan inspeksi pengendalian inflasi di Pasar Induk Rau Kota Serang, Banten, Jumat (11/11/2022).

Perry menyebutkan kemungkinan resesi Amerika dan Eropa semakin meningkat. Amerika, misalnya, memiliki kemungkinan mencapai 60% untuk jatuh ke jurang resesi selama setahun ke depan. Ia juga menyebut situasi sulit di tahun ini belum mencapai titik terburuk.

“Tahun depan yang terburuk, karena ini memang berkaitan dengan geopolitik, fragmentasi politik, ekonomi dan investasi, pertumbuhan melambat,” ujar Perry.

Kedua, tingginya tingkat inflasi. Inflasi dunia tahun ini diperkirakan mencapai 9,2% dengan level inflasi tinggi yang melanda negara besar seperti Amerika dan Eropa. Dalam perhitungan Bank Indonesia, inflasi Amerika Serikat sudah mendekati 8,8%, Eropa mencapai 10%, dan inggris mendekati 11%.

Kemudian, kenaikan suku bunga yang akan berlangsung lama. Dengan tingginya inflasi dan rendahnya pertumbuhan ekonomi global, bank sentral terpaksa memperketat kebijakan moneternya. BI sendiri memperkirakan bunga acuan AS bakal naik 50 bps, mencapai 4,5% akhir tahun ini. Lebih lanjut, suku bunga The Fed diperkirakan mencapai puncaknya pada paruh pertama tahun depan dan belum akan turun. Kemungkinannya, suku bunga tinggi bakal bertahan lebih lama.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...