Thudong, Laku Meditatif dari Vihara Kerajaan Sriwijaya ke Borobudur

Image title
2 Juni 2023, 10:46
Sejumlah biksu peserta ritual Thudong berjalan menyusuri jalan raya saat melintas di Secang, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (30/5/2023). Sebanyak 32 biksu dari Thailand akan bermalam di klenteng Liong Hok Bio Magelang dan akan melakukan ritual Pindapata se
ANTARA FOTO/Anis Efizudin/hp.
Sejumlah biksu peserta ritual Thudong berjalan menyusuri jalan raya saat melintas di Secang, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (30/5/2023). Sebanyak 32 biksu dari Thailand akan bermalam di klenteng Liong Hok Bio Magelang dan akan melakukan ritual Pindapata sebelum melanjutkan perjalanan rute terakhir menuju Candi Borobudur.

Buddhisme Theravada tersebar di beberapa negara seperti Sri Lanka, Vietnam, Kamboja, Thailand, dan Myanmar. Dalam bahasa Pali, Thudong berasal dari kata 'Dhutanga' yang berarti latihan keras.

Latihan ini dilakukan sebagai bentuk menjalani perintah Sang Buddha, yang meliputi 13 praktik pertapaan, yang berarti bhante harus menyatu dengan alam untuk mencapai fase meditatif.

Thudong juga dapat diartikan sebagai kehidupan mengembara, bertapa, menyendiri, dan meditatif untuk mencari pemahaman lebih dalam tentang ajaran Buddha. Perjalanan menuju tempat-tempat suci itu sekaligus untuk membersihkan pikiran dan hati para pelaku Thudong.

Ritual Thudong sudah berjalan selama ribuan tahun, seusia perjalanan Sang Buddha menyebarkan ajaran kebajikannya. Di masa itu, belum ada vihara dan tempat tinggal permanen untuk para biksu.

Thudong dilaksanakan dengan cara berjalan kaki sambil melakukan perenungan. Sebelum melakukan perjalanan, para biksu harus berdiam diri di suatu tempat dan berpuasa selama empat bulan selama musim hujan.

Bila sudah memasuki musim kemarau atau musim semi, Thudong baru dilaksanakan. Di masa itu, mereka tinggal di gua, gunung, dan hutan yang dianggap tempat-tempat suci untuk beristirahat sekaligus merenung.

"Jadi dalam setahun mereka akan berjalan seperti ini selama empat bulan untuk melaksanakan tradisi ini. Kebetulan karena di Indonesia ada Candi Borobudur, bertepatan Hari Raya Waisak dan mereka jalan dari Thailand," terang Bhante Dhammavuddho, dikutip dari laman resmi Ditjen Bimas Buddha Kemenag.

Selama perjalanan, para bhante yang sudah mengambil sumpah untuk menjalani hidup sebagai biksu pengembara atau biksu Aranyaka, tidak membawa bekal apapun dan hanya mengenakan jubah biksu, kaos kaki, dan sandal. Mereka mengandalkan dukungan masyarakat, terutama umat Buddha selama perjalanan.

Saat melakukan ritual itu para biksu berupaya mencapai tujuan terhindar dari tiga dosa utama yaitu keinginan duniawi, kemarahan, dan kebodohan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...