Kisah "Macan Asia", dari Keajaiban Ekonomi hingga Bencana Finansial

Image title
4 Maret 2024, 15:53
Macan Asia
Freepik
Ilustrasi, aktivitas ekonomi di Seoul, Korea Selatan.
Button AI Summarize

Kebangkitan dan kejatuhan "Macan Asia" telah menjadi salah satu cerita yang menarik dalam sejarah ekonomi modern. Ini merupakan istilah yang menjadi populer sepanjang dekade 1980-an hingga awal 1990-an.

Pada periode tersebut, tercatat ada empat negara yang mencuri perhatian dunia internasional, dalam hal kemajuan perekonomian. Korea Selatan (Korsel), Taiwan, Singapura, dan Hong Kong mencatat pertumbuhan ekonomi yang pesat, yang langkah-langkahnya telah dirintis sejak akhir dekade 1960-an.

Selain keempat negara tersebut, Indonesia juga masuk dalam jajaran "Macan Asia", dengan menyandang predikat "New Asian Tiger" atau "Macan Asia Baru". RI masuk dalam kategori ini pada awal 1990-an.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang mencengangkan, transformasi industri, dan inovasi teknologi yang pesat, keempat negara ini menjadi sorotan dunia sebagai contoh sukses pembangunan ekonomi yang cepat, dan mendapat julukan "Macan Asia".

Namun, kesuksesan mereka tidak luput dari tantangan dan kerentanan, yang kemudian mengakibatkan kejatuhan mendalam. Krisis keuangan Asia 1997-1998 meruntuhkan nilai mata uang, melemahkan sektor keuangan, dan mengakibatkan resesi ekonomi yang parah di empat negara ini.

Ilustrasi, Seoul, Korea Selatan.
Ilustrasi, Seoul, Korea Selatan. (Freepik)

Apa yang Dimaksud dengan "Macan Asia"?

Istilah "Macan Asia" awalnya mengacu pada sekelompok negara Asia Timur, yakni Korsel, Taiwan, Singapura, dan Hong Kong. Istilah ini muncul pada dekade 1980-an dan menjadi populer pada 1990-an, karena empat negara yang dimaksud, terus menunjukkan tingkat pertumbuhan yang kuat, tingkat ekspor yang tinggi, dan perkembangan industri yang pesat.

Negara-negara ini mengalami industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, dimulai dari akhir dekade 1960-an hingga 1990-an. Ini mendorong mereka menjadi salah satu negara dengan perekonomian terkemuka di dunia.

Beberapa faktor kunci yang berkontribusi terhadap keberhasilan negara-negara yang masuk dalam kategori "Macan Asia", antara lain:

  • Pertumbuhan yang Berorientasi Ekspor dan Jasa: Beberapa negara yang masuk dalam kategori "Macan Asia" fokus pada ekspor barang-barang manufaktur, serta komoditas, sering kali memanfaatkan tenaga kerja murah dan mengembangkan industri seperti elektronik, tekstil, dan mobil. Selain itu, citra sebagai salah satu pusat pasar finansial juga menjadi salah satu faktor kunci.
  • Kebijakan Pemerintah yang Pro-Modal: Pemerintah di negara-negara tersebut menerapkan kebijakan strategis untuk mendorong industrialisasi, termasuk investasi di bidang infrastruktur, pendidikan, dan teknologi, serta memberikan insentif bagi investasi asing dan industri berorientasi ekspor.
  • Etos Kerja yang Kuat: Beberapa negara yang masuk kategori "Macan Asia" dikenal dengan tenaga kerjanya yang berpendidikan tinggi dan terampil. Ini ditambah dengan etos kerja yang kuat, serta penekanan pada produktivitas dan efisiensi.
  • Stabilitas Politik: Stabilitas politik yang relatif di Korea Selatan, Singapura, Hong Kong, dan Taiwan, memberikan lingkungan yang kondusif bagi perencanaan ekonomi dan investasi jangka panjang.
  • Lokasi Geografis yang Strategis: Lokasi geografis strategis empat negara "Macan Asia" berperan dalam memfasilitasi perdagangan dan investasi, khususnya dengan negara-negara lain yang berkembang pesat di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara.

Kisah sukses empat negara ini, terus dipelajari dan ditiru oleh negara-negara berkembang lainnya, yang berupaya mencapai tingkat pembangunan ekonomi serupa.

Pada awal dekade 1990-an, "Macan Asia" ketambahan satu anggota baru, yakni Indonesia, yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan sejak pertengahan dekade 1980-an.

Posisi Indonesia dalam kelompok "Macan Asia" kerap diperdebatkan. Namun, pandangan beberapa ekonom, serta laporan lembaga internasional, mengkategorikan Indonesia sebagai "New Asian Tiger".

Dalam penelitian berjudul "The Historical Roots of Indonesia’s New Order: Beyond the Colonial Comparison" yang ditulis Robert Cribb, peneliti di Australia National University misalnya, menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat di bawah pemerintahan Presiden Soeharto membuat negara ini masuk dalam jajaran "Macan Asia".

"Kemerosotan ekonomi membuka jalan bagi program pembangunan berkelanjutan, yang mengangkat Indonesia dari peringkat teratas negara-negara miskin di dunia, menjadi Macan Asia yang baru lahir," tulis Cribb dalam penelitiannya.

Pendapat senada diungkapkan oleh Hall Hill, peneliti Australia National University, dalam penelitiannya berjudul 'Indonesia: The Strange and Sudden Death of a Tiger Economy', yang dipublikasikan pada 2020. Ia juga memasukkan Indonesia sebagai salah satu negara "Macan Asia" dalam bukunya yang berjudul 'Indonesia's Industrial Transformation'.

Dalam penelitiannya, ia menyebutkan hingga pertengahan dekade 1990-an, dunia memandang Indonesia sebagai negara yang stabil secara politik dengan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu 'Macan Asia'.

Selain itu, dalam laporan IMF berjudul 'Realizing Indonesia Economic Potential', juga disebutkan bahwa Indonesia layak masuk dalam kelompok "Macan Asia", meski laju pertumbuhan ekonominya tak sekencang empat negara lainnya dalam kelompok ini.

Kemudian, laporan Asian Development Bank (ADB), 'The East Asian Miracle', yang dipublikasikan pada 1993 juga menyebutkan bahwa Indonesia layak disejajarkan dengan negara-negara "Macan Asia", seperti Korsel, Hong Kong, Taiwan, dan Singapura.

Gambaran Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara "Macan Asia"

Ilustrasi, Seoul, Korea Selatan.
Ilustrasi, Seoul, Korea Selatan. (Freepik)

Seperti telah disebutkan sebelumnya, negara-negara "Macan Asia", yakni Korsel, Taiwan, Singapura, dan Hong Kong, serta Indonesia, mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat selama beberapa dekade, mendorong mereka masuk ke dalam jajaran negara maju.

Meskipun tingkat pertumbuhan spesifik bervariasi dari tahun ke tahun, serta dari satu negara ke negara lain, negara-negara ini secara konsisten mencapai tingkat ekspansi ekonomi yang mengesankan.

1. Korea Selatan

Korea Selatan atau Korsel mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat pada dekade 1980-an dan awal 1990an. Kisaran pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya bervariasi dari tahun ke tahun, namun rata-rata produk domestik bruto (PDB) tumbuh pada tingkat yang mengesankan, seringkali melebihi 7% per tahun selama periode ini.

Pada dekade 1980-an, perekonomian Korea Selatan berkembang pesat, didorong oleh industrialisasi, strategi pertumbuhan berorientasi ekspor, dan kebijakan pembangunan yang dipimpin pemerintah.

Tingkat pertumbuhan PDB tahunan seringkali melampaui 8% dan terkadang mencapai dua digit. Pertumbuhan tinggi yang berkelanjutan ini, mengubah wajah negara yang dikenal dengan perekonomian agraris, menjadi salah satu negara industri terkemuka di dunia.

Pada awal 1990-an, Korea Selatan terus mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat, meskipun sedikit lebih lambat dibandingkan dekade sebelumnya. Tingkat pertumbuhan PDB biasanya berkisar 6-8% per tahun selama periode ini, yang mencerminkan industrialisasi yang berkelanjutan, kemajuan teknologi, dan pembangunan yang didorong oleh ekspor.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat ini, mendorong Korea Selatan masuk ke dalam jajaran negara-negara maju dan menjadikannya sebagai salah satu "Macan Asia". Periode pertumbuhan pesat ini meletakkan dasar bagi kemunculannya sebagai kekuatan ekonomi global pada dekade-dekade berikutnya.

Ilustrasi, Hong Kong
Ilustrasi, Hong Kong (Freepik)

2. Hong Kong

Pade dekade 1980-an dan awal 1990-an, Hong Kong mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, terutama didorong oleh berkembangnya sektor keuangan dan jasa, serta perannya sebagai pintu gerbang ke Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya. Kisaran pertumbuhan ekonomi pada periode ini bervariasi, namun umumnya rata-rata 5-10% per tahun.

Pada dekade 1980-an, perekonomian Hong Kong didorong oleh kinerja ekspor yang kuat, khususnya di bidang tekstil, elektronik, dan industri manufaktur lainnya. Negara ini juga memperoleh manfaat dari statusnya sebagai pusat keuangan internasional, yang menarik aliran modal dan investasi dari seluruh dunia.

Pada awal 1990-an, Hong Kong terus mengalami pertumbuhan ekonomi yang solid, meski sedikit lebih lambat dibandingkan dekade sebelumnya. Tingkat pertumbuhan biasanya berada di kisaran 4-6% per tahun selama periode ini.

Namun, pertumbuhan ekonominya kemudian dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti krisis keuangan Asia tahun 1997, yang menyebabkan kemerosotan ekonomi sementara dan kontraksi PDB yang tajam.

3. Taiwan

Selama dekade 1980-an hingga awal 1990-an, Taiwan mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, didorong oleh industrialisasi, kebijakan berorientasi ekspor, dan investasi di bidang teknologi dan infrastruktur. Kisaran pertumbuhan ekonomi pada periode ini bervariasi, namun secara umum rata-rata 6-8% per tahun.

Pada dekade 1980an, perkembangan industri Taiwan tergolong pesat, khususnya di bidang elektronik, semikonduktor, dan manufaktur mesin. Negara ini muncul sebagai pemimpin global dalam industri teknologi tinggi, dengan memanfaatkan tenaga kerja terampil, kemampuan teknologi, dan dukungan pemerintah untuk penelitian dan pengembangan.

Pada awal 1990-an, Taiwan terus mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat, meski sedikit lebih lambat dibandingkan dekade sebelumnya. Tingkat pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5-7% selama periode ini.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Taiwan pada dekade 1980-an hingga awal 1990-an mendorong negara ini masuk dalam peringkat negara-negara maju dan menjadikannya sebagai salah satu "Macan Asia". Periode pertumbuhan pesat ini, meletakkan dasar bagi keberhasilan ekonomi yang berkelanjutan dan kemunculannya sebagai pemimpin global dalam bidang teknologi dan inovasi.

Ilustrasi, Singapura
Ilustrasi, Singapura (Freepik)

4. Singapura

Selama dekade 1980-an dan awal 1990-an, Singapura mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, dengan pertumbuhan ekonomi pada periode ini berada di kisaran 5-10% per tahun.

Pesatnya pertumbuhan ekonomi Singapura dicapai berkat usahanya memperkuat posisi sebagai pusat perdagangan, keuangan, dan logistik regional. Hal ini menarik perusahaan multinasional, dan pada akhirnya mendorong lingkungan bisnis yang dinamis.

Pada awal dekade 1990-an, Singapura terus mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat, meskipun sedikit lebih lambat dibandingkan dekade sebelumnya. Tingkat pertumbuhan ekonominya berada di kisaran 5-8% per tahun selama periode ini.

Hal ini dapat dicapai, karena keterbukaannya terhadap perdagangan dan investasi, serta lokasinya yang strategis di wilayah Asia Tenggara.

Periode pertumbuhan pesat ini meletakkan dasar bagi kemajuan Singapura, serta memperkuat reputasinya sebagai salah satu perekonomian paling dinamis dan kompetitif di dunia.

5. Indonesia

Indonesia sebagai "New Asian Tigers" mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang pesat sejak pertengahan dekade 1980-an hingga awal 1990-an. Pertumbuhan ekonomi didorong oleh industrialisasi yang berorientasi ekspor, investasi asing, dan proyek pembangunan yang dipimpin oleh pemerintah.

Meskipun tingkat pertumbuhan spesifik dapat bervariasi dari tahun ke tahun, perekonomian Indonesia secara umum berada di kisaran 5-8% selama pertengahan 1980an hingga awal 1990an.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat pada periode ini, dipicu oleh berbagai faktor, antara lain kuatnya permintaan domestik, peningkatan ekspor komoditas seperti minyak, gas, batu bara, dan produk pertanian. Ini berkat kebijakan pemerintah saat itu, yang mendorong investasi dan industrialisasi.

Pemerintah Indonesia menerapkan beberapa kebijakan ekonomi, seperti meliberalisasi perekonomian, menarik investasi asing, dan memodernisasi infrastruktur.

Kebijakan-kebijakan ini berkontribusi terhadap ekspansi ekonomi Indonesia dan kemunculannya sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di kawasan.

Pertumbuhan ini mendorong Indonesia masuk ke dalam jajaran negara-negara berkembang dan menempatkannya sebagai pemain kunci di kawasan Asia Tenggara.

Namun, penting untuk dicatat bahwa pertumbuhan ekonomi pada periode ini bukannya tanpa tantangan, dan kelemahan. Buktinya, Indonesia kemudian menghadapi kesulitan ekonomi dan keuangan selama krisis keuangan Asia pada 1997-1998.

Kejatuhan "Macan Asia", Dipicu oleh Krisis Ekonomi 1997-1998

Krisis keuangan Asia 1997-1998 memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian negara-negara "Macan Asia". Meski krisis dimulai berasal dari Thailand, karena spekulasi mata uang dan hilangnya kepercayaan secara tiba-tiba terhadap baht Thailand, krisis ini dengan cepat menyebar ke seluruh wilayah, menyebabkan kemerosotan ekonomi yang parah di banyak negara.

Kemerosotan ekonomi para "Macan Asia" pada akhir dekade 1990-an merupakan pengingat akan risiko yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, dan kerentanan pasar keuangan.

1. Korsel

Ilustrasi, Seoul, Ibu Kota Korea Selatan
Ilustrasi, Seoul, Korea Selatan (Freepik)

Krisis keuangan Asia pada 1997-1998 berdampak signifikan terhadap perekonomian Korsel, yang mengakibatkan kemerosotan ekonomi yang parah dan gejolak keuangan yang meluas.

Krisis ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk depresiasi mata uang, tingginya tingkat utang korporasi dan pemerintah, serta lemahnya sektor keuangan.

Selama krisis, Korsel mengalami kontraksi yang parah dalam aktivitas ekonomi, dengan penurunan PDB sekitar 6,7% pada 1998. Penurunan ini merupakan salah satu yang terparah dalam sejarah negara tersebut, dan sangat kontras dengan tingginya tingkat pertumbuhan yang dialami sebelumnya.

Krisis ini juga menyebabkan depresiasi tajam pada won Korsel, yang kehilangan lebih dari separuh nilainya terhadap dolar AS. Depresiasi mata uang ini, menimbulkan lonjakan inflasi, serta menyebabkan meluasnya kebangkrutan di kalangan bisnis yang meminjam banyak uang dalam mata uang asing.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...