Pertamina Dapat Rapor Merah Karena Lifting Migas Tak Capai Target
Kinerja lifting migas pada semester I 2020 tak capai target APBN. Beberapa kontraktor kontrak kerja sama atau KKKS pun mendapat rapor merah karena hal tersebut.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas mencatat setidaknya ada 13 kontraktor yang tak mencapai target lifting migas pada semester I 2020. Mayoritas kontraktor tersebut merupakan anak usaha Pertamina
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyebut pihaknya telah memberikan peringatan dan mengajak diskusi para kontraktor tersebut. SKK Migas bakal terus memantau kinerja para kontraktor dari bulan ke bulan.
Dwi menyebut kontraktor tak bisa mencapai target karena tidak berhasil dalam kegiatan pengeboran. Selain itu, kontraktor tidak disiplin menerapkan program kerja dan anggaran (WP&B) yang telah disusun bersama SKK Migas.
Secara khusus, dia menjelaskan sejumlah kendala yang dihadapai oleh Pertamina sehingga tak bisa mencapai target lifting migas. Salah satunya kinerja tak maksimal akibat penyerapan gas rendah dan pandemi corona yang dialami Pertamina EP. Perusahaan itu juga menghadapi insiden kebakaran di fasilitas produksi gas atau CPP di Gundih.
(Baca: SKK Migas Proyeksi Divestasi Shell di Blok Masela Selesai pada 2021)
Sedangkan Pertamina Hulu Energi OSES harus menunda program work over dan well service karena kapal pendukung dipakai untuk insiden kebocoran migas di Lapangan YY Blok ONWJ. "Adapula isu pipa bocor, dan reaktivasi sumur yang tertunda karena pengadaaan rig terhambat dan penyerapan gas yang rendah," kata Dwi.
Faktor lainnya yang menyebabkan lifting migas rendah yaitu hasil pengeboran Pertamina tak sesuai target SKK Migas. Selain itu, peralatan untuk kegiatan work over dan well service tak tersedia. "Ada juga pengaruh dari unplanned shutdown," ujar Dwi.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menambahkan bahwa Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati telah mengirimkan surat kepada SKK Migas yang berisi pemberitahuan pengurangan belanja modal (capex) sebesar 20%. Selain itu, biaya operasi juga dikurangi sebesar 30%.
"Hal itu menyebabkan pengurangan program kerja. Ini akan kami review lagi karena lifting migas tak capai target," ujar Julius.
(Baca: Lifting Migas Semester I Capai 1,7 juta BOEPD, di Bawah Target APBN)
SKK Migas mencatat ada 10 KKKS yang tak mencapai target lifting minyak pada semester I 2020. Salah satunya ExxonMobil di Blok Cepu dengan realisasi 219.852 bopd atau 99,9% dari target APBN tahun ini sebesar 220 ribu.
Selanjutnya, Pertamina EP sebesar 79.380 bopd atau 88,2% dari APBN 2020 sebesar 90 ribu bopd. Kemudian, Pertamina Hulu Mahakam sebesar 29.832 bopd atau 99% dari APBN 2020 sebesar 30.120 bopd.
Pertamina Hulu Energi OSES sebesar 26.742 bopd atau 84,4% dari target tahun ini 31.701 bopd. Petrochina International Jabung Ltd sebesar 16.348 atau 90,3% dari target sebesar 18.102 bopd.
Lalu, Petronas Carigali (Ketapang) Ltd sebesar 8.595 bopd atau 66,7% dari APBN tahun ini 12.877 bopd. Pertamina Hulu Kalimantan Timur (East Kalimantan) sebesar 10.322 bopd atau 90,7% dari target tahun ini sebesar 11.380 bopd.
BOB PT Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu sebesar 9.256 bopd atau 75,6% dari target tahun ini sebesar 12.239 bopd. Medco E&P Rimau sebesar 6.749 bopd atau sebesar 97,6% dari target APBN tahun ini sebesar 6.913 bopd. Terakhir, ConocoPhillips (Grissik) Ltd seebsar 6.092 bopd atau mencapai 82,2% dari target APBN 2020 sebesar 7.410 bopd.
(Baca: Pertamina Hulu Energi Mulai Kembangkan Lapangan KLD Blok ONWJ)
Di sisi lain, ada 13 kontraktor migas yang tak mencapai target produksi gas pada semester I 2020. Salah satunya BP Berau Ltd dengan realisasi produksi gas sebesar 1.083 mmscfd atau 84,7% dari target 1.279 mmscfd.
Kemudian, Conocophillips sebesar 758 mmscfd atau 81,4% dari target tahun ini sebesar 932 mmscf. Pertamina EP sebesar 682 mmscfd atau 86,6% dari target sebesar 787 mmscfd.
Selanjutnya, Pertamina Hulu Mahakam sebesar 575 mmscfd atau 94,5% dari target 608 mmscfd. JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi Ltd sebesar 322 mmscfd atau 95,7% dari APBN tahun ini sebesar 337 mmscfd.
Adapula, Pertochina Intrnational Jabung Ltd sebesar 174 mmscfd atau 92,9% dari target 188 mmscfd. Medco E&P Natuna sebesar 151 mmscfd, sebesar 96% dari APBN tahun ini sebesar 158 mmscfd.
Kangean Energi Indonesia sebesar 170 mmscfd, 82,8% dari target 205 mmscfd. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore sebesar 100 mmscfd atau 82,3% dari target sebesar 121 mmscfd.
Pertamina Hulu Energi Jambi Merang sebesar 82 mmscfd, sebesar 72,6% dari target 114 mmscfd. Husky-CNOOC Madura Ltd. sebesar 89 mmscfd atau 84,6% dari target 105 mmscfd.
Adapula Pearl Oil (Sebuku) Ltd sebesar 84 mmscfd atau 87,4% dari 96 mmscfd. Terakhir, Pertamina Hulu Energi ONWJ Ltd sebesar 73 mmscfd atau 89,8% dari target 81 mmscfd.