Terimbas Pelemahan Daya Beli, Laba Bersih 2019 Astra Stagnan Rp 21,7 T

Image title
27 Februari 2020, 21:51
Terimbas Pelemahan Daya Beli, Laba Bersih Astra 2019 Stagnan Rp 21,7 T.
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Gedung Astra (12/8). PT Astra International Tbk (ASII) membukukan laba bersih sepanjang 2019 secara konsolidasi senilai Rp 21,7 triliun atau stagnan dibanding tahun sebelumnya.

Di sektor lain, penurunan laba bersih Astra lainnya juga disumbang dari sektor agribisnis. Kontribusi laba dari sektor ini turun tajam hingga 85% menjadi Rp 168 miliar.

Anak usahanya Astra di sektor perkebunan yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) melaporkan penurunan laba bersih sebesar 85% menjadi Rp 211 miliar, yang disebabkan oleh penurunan harga minyak kelapa sawit.

Seperti diketahui, harga rata-rata minyak kelapa sawit sepanjang 2019 melemah  8% menjadi Rp 6.689/kg. Padahal, volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya meningkat  3% menjadi 2,3 juta ton.

Meski kontribusi dua sektor-sektor tersebut tercatat turun, namun kinerja Astra tahun lalu tertolong oleh kinerja dari divisi lainnya seperti jasa keuangan. Laba bersih dari divisi ini tumbuh hingga 22% menjadi Rp 5,9 triliun yang disebabkan oleh portofolio pembiayaan yang lebih besar dan perbaikan kredit bermasalah.

Anak usaha Astra, PT Bank Permata Tbk (BNLI) mencatat peningkatan laba bersih sebesar 66% menjadi Rp 1,5 triliun. Itu dikontribusikan oleh peningkatan pendapatan dan penurunan biaya provisi, yang disebabkan oleh pemulihan kredit bermasalah. Rasio kredit bermasalah NPL  perseroan membaik dari 1,7% menjadi 1,3%.

(Baca: Gelar Pameran Otomotif, Astra Targetkan Jual 1.505 Unit Kendaraan)

Sementara laba bersih grup Astra dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi naik tipis  1% menjadi Rp6,7 triliun. Laba dari divisi terutama disebabkan oleh kontribusi usaha tambang emas baru, yang mana hal tersebut sekaligus mengimbangi penuruna penjualan alat berat dan kerugian pada bisnis kontraktor umum.

Untuk prospek bisnis tahun ini, Prijono menilai situasi usaha masih cukup menantang  lantaran masih adanya ketidakpastian kondisi makro eksternal, kompetisi di pasar mobil, serta harga-harga komoditas yang lemah.

"Meskipun demikian, kami yakin bahwa Grup berada pada posisi yang baik untuk memanfaatkan momentum dari setiap perbaikan kondisi ekonomi," ujar Prijono.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...