Bursa Saham Amerika Terancam Koreksi Tajam Tahun Depan
Meski begitu, dia melihat S&P akan naik paling tinggi di bursa AS dan tak ada resesi sepanjang 2021. “Melihat 2020, saya berekspektasi pendapatan naik 4% sampai 5%, tidak menakjubkan, tapi itu cukup untuk membawa market naik ke 3.500 pada akhir tahun depan,” ujarnya.
Risiko koreksi pada indeks saham AS juga disampaikan veteran trader Tim Anderson. “Beberapa orang tengah melihat potensi penurunan 6% sampai 8% di Januari,” kata dia dalam sesi wawancara Yahoo Finance.
(Baca: Riset Bain: Pebisnis di Indonesia Belum Siap Hadapi Ancaman Resesi)
SEI Non-Traditional Strategies CIO Jim Sigiel menambahkan, “Meski volatilitas sangat rendah dalam beberapa tahun ini, itu tetap mengingatkan investor bahwa (potensi koreksi) di sana. Jadi, koreksi 6% sampai 8% relatif normal, dan perlu diperhitungkan semua orang di market. Apa saja bisa menyebabkan hal itu,” kata dia.
Sejak awal tahun hingga 29 Desember 2019 (year to date), S&P 500 telah naik 29,25%, sedangkan Dow Jones naik 22,8%, Nasdaq Composite 35,74%, NYSE Composite naik 22,59%, dan S&P/TSX Composite naik 19,87%.
Seiring pergerakan naik di bursa AS, indeks di bursa saham Eropa Asia juga menunjukkan pergerakan positif, termasuk indeks Hang Seng meskipun di tengah ketegangan politik di Hong Kong.
Di Eropa, Euro Stoxx 50 naik 26,02% (ytd). Begitu juga Dax naik 26,31% dan FTSE 100 naik 13,63%. Sedangkan di Asia, Nikkei 225 tercatat naik 18,49%, Hang Seng 9,3%, CSI 300 naik 33,59%. Indeks saham negara berkembang juga mencatatkan kenaikan, tercermin dari MSCI AC Asia Pacific yang naik 16,61%