IHSG Turun 0,6% Karena Perang Dagang, Sektor Tambang Jadi Penolong

Image title
2 September 2019, 18:04
ihsg hari ini, bursa, perang dagang, sektor pertambangan, saham
ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR
IHSG hari ini, Senin (2/9) ditutup terkoreksi 0,6% ke level 6.290,54 karena memanasnya tensi perang dagang AS-Tiongkok. Sektor tambang yang naik 1,75% menjadi penyelamat IHSG dari koreksi yang lebih dalam.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Senin (2/9), ditutup terkoreksi 0,60% menjadi berada di level 6.290,54. Terkoreksinya IHSG hari ini disebabkan oleh sentimen global maupun dari dalam negeri.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menyampaikan, sentimen global yang membuat IHSG hari ini terkoreksi karena memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok.

"Tanggal 1 September merupakan tanggal penerapan bea masuk baru oleh AS dan Tiongkok terhadap produk impor dari masing-masing negara," kata Nafan kepada Katadata.co.id.

Pemerintah AS mulai kemarin resmi menerapkan tarif baru sebesar 15% terhadap produk asal Tiongkok senilai US$ 125 miliar. Kenaikan tarif ini membuat tensi perang dagang AS-Tiongkok kian panas. Presiden AS Donald Trump telah mengincar impor Tiongkok ke AS senilai US$ 300 miliar untuk dikenakan tarif sebesar 15%.

(Baca: Jelang Penunjukan Dirut Baru, Saham BRI Turun 0,94%)

Dari dalam negeri, Nafan menambahkan, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia mengalami penurunan ke level 49. "Masih kontraksi karena faktor perang dagang sebagai faktor utama," katanya menambahkan.

Pada perdagangan hari ini, volume perdagangan sebanyak 15,52 miliar saham, dengan nilai transaksi senilai Rp 7,81 triliun, dan ditransaksikan sebanyak 583.023 kali. Tercatat ada 142 saham yang berada di zona hijau, 277 saham terkoreksi, dan 136 saham stagnan.

Tercatat pula, investor asing mencatatkan jual bersih pada perdagangan hari ini senilai Rp 99,11 miliar, baik di pasar reguler mau pun di pasar negosiasi. Sementara di pasar reguler sendiri, investor asing tercatat menjual saham dengan nilai jual bersih atau net sell  sebesar Rp 72,94 miliar.

Terkoreksinya pasar modal dalam negeri sejalan dengan terkoreksinya saham-saham di Asia. Seperti Nikkei 225 Index yang turun 0,41%, Hang Seng Index turun 0,38%, termasuk Strait Times Index turun 0,76%. Namun, Shanghai Composite Index tercatat naik hingga 1,31%.

(Baca: Perang Dagang Makin Panas, IHSG Turun 0,41% di Sesi Pertama Hari Ini)

Tertolong Saham-saham Sektor Pertambangan

Terkoreksinya IHSG salah satunya didorong oleh indeks sektor konsumer dan aneka industri, di mana masing-masing indeksnya terkoreksi 1,69% dan 1,55%. Sementara, koreksi sedikit tertahan oleh kenaikan saham-saham di sektor pertambangan yang tercatat naik 1,75% pada penutupan perdagangan hari ini.

Dari sektor pertambangan, tiga saham di sektor ini mencatatkan diri sebagai top gainers, yakni PT Timah Tbk (TINS) yang naik 13,26% ke level Rp 1.110 per saham, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) naik 12,46% menjadi Rp 3.970, dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 9,35% menjadi Rp 1.170 per saham.

Sepanjang hari ini saham INCO diperdagangkan sebanyak 166,12 juta saham dengan total nilai transaksi Rp 673,64 miliar. Investor asing mencatatkan net buy Rp 81,2 miliar di seluruh pasar. Saham ANTM sebanyak 380,92 miliar saham senilai Rp 436,81 miliar. Investor asing catatkan net buy saham ANTM Rp 72,52 miliar.

Sementara itu saham TINS ditransaksikan sebanyak 178,71 juta saham senilai Rp 189,24 miliar. Namun berbeda dengan ANTM dan INCO, investor asing mencatatkan net sell saham TINS sebesar Rp 1,82 miliar.

(Baca: Harga Komoditasnya Meroket, Saham Produsen Nikel Diincar Asing)

Kenaikan tiga saham emiten tambang ini lantaran kenaikan harga komoditas tambang yang menjadi fokus bisnis mereka. Harga timah berjangka di London Metal Exchange sejak Jumat (30/8) telah mengalami kenaikan sebesar 8,23% dari US$ 15.817,5 per ton menjadi US$ 17.117,5 per ton hari ini.

Sama halnya dengan harga nikel yang merupakan lahan bisnis Vale dan Antam. Harga nikel Shanghai Future Exchange naik ke batas harian maksimum 6% menjadi US$ 19.309,72 per ton. Sedangkan harga nikel untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 3,2% menjadi US$ 18.470 per ton.

Sementara Indonesia sebagai pemasok bijih nikel terbesar di dunia telah mengumumkan pada Jumat (30/8), akan mempercepat larangan ekspor bijih mineral tahun depan atau dua tahun lebih awal dari jadwal semula pada 2022.

(Baca: Harga Nikel Melonjak, Saham Antam Hingga Vale Melesat)

Reporter: Ihya Ulum Aldin

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...