Kinerja IHSG Membaik di Sesi II, Hanya Terkoreksi 0,40%
(Baca: Optimisme Ekonomi Topang IHSG Naik Sepekan, Dana Asing Deras Masuk)
Investor hanya menantikan data neraca perdagangan Indonesia yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) besok, Selasa (15/1) yang telah diprediksi oleh Bank Indonesia (BI) akan kembali negatif.
Sementara dari lingkungan eksternal, ketidakpastian terkait government shutdown Amerika Serikat (AS) dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) membuat dana asing kembali masuk ke negara berkembang termasuk Indonesia.
Government shutdown telah memasuki hari ke-23 sejak diberlakukan pada 22 Desember. Lembaga rating internasional, Fitch Ratings, sudah memberi peringatan bahwa jika penutupan ini terus berlangsung, dampaknya rating surat utang AS berpotensi turun.
Investor juga masih dipusingkan soal proses pengambilan suara di parlemen Inggris yang akan memutuskan Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) atau tidak. Karena saat ini keputusan apakah Brexit akan dilakukan atau tidak ada di tangan parlemen.
(Baca: 2030, PDB Indonesia Terbesar Keempat di Dunia)
Dari Tiongkok, data perdagangan luar negeri bulan Desember Tiongkok menunjukkan kontraksi. Menurut data Bloomberg ekspor negeri Tirai Bambu mengalami kontraksi 4,4% secara tahunan, sedangkan impor turun 7,6%.
Kendati demikian secara keseluruhan tahun 2018, ekspor masih tumbuh 9,9% secara tahunan menjadi US$ 2,48 triliun, sedangkan impor melesat 15,8% sehingga surplus neraca perdagangan Tiongkok mencapai US$ 351,8 miliar. Surplus perdagangan Tiongkok dengan AS sendiri naik lebih dari 17% menjadi US$ 323,3 miliar.
Perkembangan negosiasi perdagangan antara AS dan Tiongkok juga menunjukkan perkembangan yang positif. Proses negosiasi akan kembali dilanjutkan bulan ini di Washington DC. Pihak Tiongkok akan diwakili oleh Liu He, penasihat ekonomi paling senior Presiden Tiongkok Xi Jinping.