Wall Street dan Bursa Global yang Terkerek Harapan Atas New Normal

Pingit Aria
27 Mei 2020, 13:59
Suasana NYSE, Wall Street, New York, Amerika Serikat.
xPACIFICA/Getty Image

Sebelumnya, pengembangan vaksin buatan Tiongkok yang merupakan hasil kerja sama antara Cansino Biologics dan Beijing Institute of Technology (Ad5-nCoV) juga membawa kabar baik.

"Hasil ini merupakan tonggak penting. Percobaan ini menunjukkan bahwa dosis tunggal dari vaksin baru adenovirus tipe 5 vektor COVID-19 (Ad5-nCoV) menghasilkan antibodi spesifik virus dan sel T dalam 14 hari, menjadikannya kandidat potensial untuk selanjutnya investigasi ", kata Profesor Wei Chen dari Institut Bioteknologi Beijing.

Selain itu, harapan atas tatanan hidup new normal yang ditandai dengan pelonggaran lockdown juga menimbulkan optimisme. Di AS, meski Presiden Donald Trump menutup penerbangan dari Brasil yang kini menjadi episentrum Covid-19 di Amerika Selatan, namun beberapa negara bagian seperti New York dan California mulai melonggarkan pembatasan.

Sementara di luar negeri, Jepang mencabut keadaan darurat. Begitu pula Spanyol serta Italia bersiap membuka perbatasan untuk menggeliatkan kembali sektor pariwisata yang sangat penting bagi kedua negara.

Kemudian, Yunani, Jerman, dan Republik Ceko juga akan mengizinkan bar serta restoran beroperasi kembali. Sedangkan Inggris berencana membuka kembali sekolah dasar bulan depan.

Kondisi itu pun disambut oleh pelaku pasar. Di Eropa, bursa-bursa saham utama menguat 1% atau lebih. Bursa London menguat setelah zona euro ditutup menguat tajam pada Senin (25/5), walau kenaikannya tertahan oleh penguatan nilai tukar pound.  Begitu pula di Asia, pasar saham ditutup menguat. Tokyo naik lebih dari 2% dan Hong Kong menguat 1,9%.

(Baca: Beberapa Perusahaan Publik Kebal dan Raih Untung saat Pandemi Covid-19)

Bagaimanapun, beberapa analis mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 belum benar-benar berakhir. Begitu pula ada potensi pelemahan akibat ketegangan AS dan Tiongkok. Toh semua itu tak menghalangi sentimen positif pasar.

“Tidak berarti kami harus menafikan risiko gelombang kedua, pelemahan pertumbuhan berkepanjangan, dan isu-isu geopolitik,” ujar Chris Iggo, analis AXA Investment Managers.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...