Trump Teken Stimulus US$ 900 Miliar, IHSG Dibuka Naik 0,82%
Indeks harga saham gabungan IHSG dibuka menguat. Sempat menyentuh level 6.143 atau naik 0,82% pada Selasa (29/12) hingga pukul 09.10 WIB. Kenaikan indeks saham Indonesia ini sejalan dengan bursa-bursa global lain yang bergerak di zona hijau.
Di kawasan Asia, indeks Nikkei 225 di Jepang dibuka meroket hingga 1,57%. Lalu, indeks Hang Seng di Hong Kong dan Straits Times di Singapura naik masing-masing 0,64% dan 0,09%. Sementara indeks Shanghai Composite di Tiongkok bergerak turun 0,28%.
Bursa-bursa di belahan bumi lainnya, Amerika Serikat, semalam ditutup naik. Bursa Dow Jones berhasil ditutup naik 0,68%, lalu S&P 500 juga tercatat naik 0,87%, dan Nasdaq juga mengalami kenaikan 0,74% semalam.
Berdasarkan data RTI hingga pukul 09.10 WIB, total volume perdagangan di bursa domestik sebanyak 1,35 miliar unit saham dengan nilai transaksi yang mencapai Rp 1,85 triliun. Kenaikan indeks sejalan dengan 205 saham yang bergerak di zona hijau, sementara 140 saham turun, dan 158 saham belum mengalami perubahan harga.
Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan melihat ada peluang IHSG hari ini bergerak menguat dengan rentang resistance ada di level 6.171 hingga 6.132. Sementara, area support berada pada rentang level 6.016 hingga 5.939.
Kenaikan indeks hari ini salah satunya masih disebabkan oleh optimisme dari pemberian stimulus di Amerika Serikat dalam membantu ekonomi yang terdampak Covid-19. Presiden AS Donald Trump meneken stimulus senilai US$ 900 miliar.
"Penguatan masih didukung oleh optimisme stimulus AS. Pergerakan akan minim sentimen data ekonomi di hari hari terakhir perdagangan di tahun 2020," kata Dennies dalam riset tertulisnya.
Langkah Trump ini sudah direspons oleh pelaku pasar saham sejak perdagangan kemarin, dimana bursa-bursa di kawasan Asia ditutup naik. Termasuk IHSG yang kemarin ditutup naik signifikan 1,41% menyentuh level 6.093.
Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang juga melihat IHSG hari ini berpotensi menguat dengan bergerak pada rentang 6.050 hingga 6.141. Stimulus di AS menjadi salah satu pendorongnya selain kenaikan harga batu bara sebesar 1,01%.
Meski begitu, menurut Edwin, investor jangan terlalu terlena dan terbuai dengan kondisi penguatan IHSG ini. Pada awal 2021, sektor pariwisata dan penerbangan akan kena pukulan akibat penutupan seluruh penerbangan internasional masuk ke Indonesia.
Belum lagi, rencana penerapan PSBB ketat di DKI Jakarta, sebagai pusat perekonomian Indonesia, jika penderita Covid19 meningkat. "Kedua hal tersebut menjadi sinyal buruk bagi market," kata Edwin dikutip dari riset tertulisnya pagi ini.
Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan, investor bakal fokus pada kebijakan pemerintah untuk 2021 mengenai pembatasan warga negara asing (WNA) karena ditemukannya mutasi Covid-19. "Selain itu, investor fokus pada vaksinasi serta implikasi dari pergerakan ekuitas global di akhir tahun," kata Lanjar.
Menurutnya, IHSG hari ini sebenarnya memiliki tekanan jual berdasarkan analisisnya secara teknikal. Meski begitu, dia tetap yakin pergerakan IHSG masih berpotensi optimis di sisa perdagangan 2020 ini.
"Kami perkirakan IHSG mencoba menguat pada perdagangan selanjutnya dengan support resistance 6.057-6.162," kata Lanjar.