Harga Saham Gajah Tunggal Naik, Lo Kheng Hong Untung Rp 29 M Sehari
Harga saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) kembali naik signifikan pada perdagangan Senin (11/1). Dalam waktu 15 menit setelah perdagangan dibuka saja, harga saham produsen ban tersebut sempat naik hingga 19,39% menyentuh harga Rp 985 per saham.
Kenaikan ini pun juga terjadi sejak perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (8/1). Dalam sehari, harga saham perusahaan berkode emiten GJTL tersebut mampu meroket hingga 25% dibandingkan harga sehari sebelumnya, menjadi Rp 825 per saham.
Kenaikan harga saham ini tak lepas dari masuknya investor berpengalaman Lo Kheng Hong pada saham ini sepanjang Januari 2021. Ia mengaku memiliki sebanyak 176,48 juta lembar saham. Nilai ini setara dengan 5,06% dari total saham Gajah Tunggal.
Berkat kenaikan harga saham pada perdagangan Jumat lalu, ternyata Lo Kheng Hong mampu meraup cuan hingga Rp 29 miliar dalam satu hari saja. Hal tersebut disebabkan harga saham Gajah Tunggal yang naik sebesar 165 poin dalam sehari.
"Jumat harga saham GJTL naik 165 poin. Saya punya 176 juta lembar, satu hari dikasih cuan Rp 29 miliar. Saya tidak ambil padahal ada yang pasang beli 1.274.226 lot," kata Lo Kheng Hong pada Minggu (10/1).
Analis Penyelia Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan secara valuasi saham Gajah Tunggal memang sangat menarik karena memiliki rasio harga saham per nilai buku alias price to book value (PBV) hanya 0,5 kali. Harga sahamnya pun memiliki target harga hingga Rp 1.500 per saham.
Hanya saja, Janson menilai Gajah Tunggal perlu melakukan pembenahan manajemen utang dan beban pokok penjualan yang perlu ditekan. "Sehingga GJTL is a turn around story. Perusahaan manufaktur yang sifatnya oligopoli prospeknya masih bagus," kata Janson kepada Katadata.co.id, Senin (11/1).
Kinerja Gajah Tunggal
Berdasarkan laporan terbaru Gajah Tunggal, per triwulan III 2020, perusahaan mampu meraup penjualan bersih hingga Rp 9,61 triliun. Meski nilainya besar, namun penjualan tersebut tercatat mengalami penurunan hingga 19,44% dibandingkan dengan penjualan bersih pada periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 11,93 triliun.
Penjualan perusahaan mayoritas berasal dari segmen ban, dimana pada periode triwulan III 2020, mampu meraup pendapatan mencapai Rp 9,32 triliun. Meski begitu, pendapatan dari segmen ini tercatat turun hingga 39,5% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 15,42 triliun.
Sementara, Gajah Tunggal harus menanggung beban pokok penjualan yang menggerus profitabilitas senilai Rp 7,83 triliun pada triwulan III 2020. Meski begitu, nilai ini berhasil turun hingga 21,38% dibandingkan dengan triwulan III 2019 yang mencapai Rp 9,96 triliun..
Sayangnya, Gajah Tunggal masih membukukan kerugian pada periode sembilan bulan 2020 ini senilai Rp 104,59 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, Gajah Tunggal berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 139,53 miliar.
Salah satu penyebab kerugian yang dialami oleh Gajah Tunggal pada periode tersebut adalah nilai tukar mata uang, dimana mengalami kerugian kurs mata uang asing dengan nilai bersih Rp 304,44 miliar. Padahal, pada periode sama tahun 2019, Gajah Tunggal mendapatkan keuntungan kurs mata uang asing senilai Rp 115,7 miliar.
Gajah Tunggal mengoperasikan fasilitas produksi ban yang terintegrasi dengan salah satu merek dagangnya yaitu GT Radial. Perusahaan didirikan pada 1951 sebagai produsen ban sepeda dan selama bertahun-tahun memperluas kapasitas produksi hingga ban sepeda motor, kendaraan penumpang, dan komersial.
Perusahaan mulai memproduksi ban sepeda motor pada 1971 dan mulai memproduksi ban untuk penumpang dan kendaraan komersial pada 1981. Pada 1993, Gajah Tunggal mulai memproduksi dan menjual ban GT Radial untuk mobil penumpang dan truk ringan.
Lo Kheng Hong menjelaskan alasan membeli saham Gajah Tunggal, karena melihat prospek perseroan yang masih bagus. Dia mengakui Gajah Tunggal mengalami kenaikan kerugian nilai tukar mata uang atau kurs sebesar Rp 304 miliar, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 162,55 miliar.
Namun, secara operasional Gajah Tunggal masih menguntungkan. "Akhir Desember 2020, rupiah menguat sehingga kerugian kurs berkurang banyak dan bisa membuat Gajah Tunggal berubah menjadi laba," ujar Lo Kheng Hong, seperti dikutip Liputan6.com.
Dia mengatakan Gajah Tunggal termasuk pabrik ban terbesar di Asia Tenggara dengan penjualan Rp 9,6 triliun selama sembilan bulan pertama 2020. “Terakhir saya membeli di harga 650. Itu price to book value 0,36, murah sekali,” kata dia. Pembelian saham GJTL pada awal Januari untuk menggenapi lima persen saja lantaran sebelumnya sudah memiliki.