Kasus BPJS Ketenagakerjaan Mengerem Laju IHSG Keluar dari Level 6.000

Image title
23 April 2021, 16:23
Memasuki April 2021, IHSG stagnan di level 6.000. Sejumlah analis menilai kondisi itu dipicu penurunan porsi investasi BPJS Ketenagakerjaan pada bursa saham. Bagaimana terkait kasus hukumnya?
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.
Pekerja melihat telepon pintarnya dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/3/2021).

Ia mengatakan, saham-saham yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan merupakan saham-saham yang cukup bagus, berbeda dengan kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero), dimana menempatkan investasi pada saham-saham gorengan. Sehingga, kerugian BPJS Ketenagakerjaan yang belum terealisasi akibat penurunan harga saham, seharusnya tidak lantas dijual semua.

"Kemungkinan dijual semua saham-saham BPJS hampir tidak mungkin. Paling penyesuaian bobot dan average apabila harga saat ini rendah namun fundamental bisnis bagus," kata Lanjar kepada Katadata.co.id, Jumat (23/4).

Lanjar mengatakan, kinerja IHSG sepanjang bulan ini lebih banyak dipengaruhi oleh kasus COvid-19 yang penyebarannya masih terus tinggi. Terlebih ia menilai, ada penurunan optimisme atas keberhasilan vaksinasi yang dimulai pemerintah Indonesia sejak 13 Januari 2021 lalu.

Kasus BPJS Ketenagakerjaan 

Tak hanya terkait porsi investasi BPJS Ketenagakerjaan, kasus hukum yang menjerat institusi itu juga dianggap sebagai sentimen negatif bagi aktivitas bursa saham. Manajer Investasi dan dana pensiun disebut-sebut khawatir dengan kasus yang menjerat BPJS Ketenagakerjaan.

Sejak awal tahun, Kejaksaan Agung mendalami kasus dugaan korupsi pada pengelolaan keuangan dan dana investasi oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.

Dalam perkembangannya, sejumlah petinggi perusahaan manajemen investasi dipanggil untuk menjadi saksi kasus tersebut. Tak hanya itu, pejabat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga dipanggil sebagai saksi kasus tersebut.

Menanggapi kabar itu, Lanjar mengatakan, kasus hukum yang tengah berjalan di BPJS Ketenagakerjaan tidak berpengaruh seignifikan dengan pergerakan indeks di pasar saham. Menurut dia, kinerja IHSG sepanjang bulan ini lebih banyak dipengaruhi oleh kasus Covid-19 yang penyebarannya masih terus tinggi. Terlebih, ada penurunan optimisme atas keberhasilan vaksinasi yang dimulai pemerintah Indonesia sejak 13 Januari 2021 lalu.

Senior Vice President Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menilai kinerja indeks yang lesu lebih disebabkan minimnya katalis dan investor masih menunggu dengan was-was hasil laporan keuangan emiten triwulan I-2021. Sementara, rencana BPJS Ketenagakerjaan tidak begitu banyak berpengaruh pada indeks.

"Sejauh ini, laporan keuangan triwulan I-2021 agak sedikit mengecewakan secara tahunan (year-on-year) walau secara triwulanan (quarter-to-quarter) membaik," ujar Janson kepada Katadata.co.id, Jumat (23/4).

Menurut Janson, bila laporan keuangan secara keseluruhan bagus, baik secara tahunan maupun triwulanan, bisa menciptakan katalis positif pada kinerja indeks. Menurutnya, IHSG bakal mencoba untuk menguji level 6.200 jika mendapat katalis positif tersebut.

Okie mengatakan, kinerja IHSG bisa membaik jika adanya konfirmasi pemulihan ekonomi lewat realisasi data. Selain itu, progres vaksinasi dan penyelesaian pandemi dinilai dapat menjadi indikasi awal dari percepatan pemulihan tersebut. "Sehingga, menjadi trigger kembalinya IHSG ke level 6.100," kata Okie.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...