Dipicu Kasus Covid-19 dan Harga Komoditas, IHSG Dibuka Turun 0,9%
Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka turun 0,06% ke level 5.988,76 pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (20/8). Indeks kemudian turun lebih dalam ke level 5.938,41 lima menit setelah perdagangan dimulai. Penurunan ini melanjutkan koreksi pada perdagangan Kamis (19/8) sebesar 2,06% ke level 5.992,33.
Penurunan indeks komposit sejalan dengan prediksi Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang. Menurutnya, ada beberapa kombinasi sentimen yang membuat IHSG turun pagi ini, mulai dari turunnya harga komoditas hingga jumlah kematian karena Covid-19.
Edwin mengatakan, kejatuhan harga beberapa komoditas menjadi salah satu dalang pelemahan indeks. Harga timah turun 6,91%, nikel 2,72%, minyak 2,46%, batu bara 2,39%, dan minyak sawit mentah (CPO) 1,14%.
"Sentimen juga datang dari kembali terjungkalnya indeks Dow Jones Industrial Average sebesar 0,19% di hari ketiga. Sehingga selama tiga hari DJIA turun 1,75%," kata Edwin dalam risetnya pagi ini.
Penurunan IHSG juga terjadi di tengah bertambahnya kasus kematian akibat Covid-19 di Tanah Air sebanyak 1.492 orang kemarin. Tidak hanya di dalam negeri, negara lain juga bertambah, seperti Amerika Serikat bertambah 566 jiwa, India 559 jiwa, Brasil 938 jiwa, dan Rusia 791 jiwa.
"Ini menjadi sentimen kurang kondusif bagi perdagangan Jumat ini yang diperkirakan akan berlanjut turun," kata Edwin. Berdasarkan analisisnya, IHSG hari ini berada di rentang 5.946 dan 6.037.
Penurunan IHSG pagi ini mengikuti pergerakan indeks di kawasan Asia yang kompak turun. Seperti Nikkei 225 di Jepang yang turun 0,58%, Hang Seng Index di Hong Kong turun 0,53%, dan Shanghai Composite di Tiongkok turun 0,4%. Sementara, Straits Times di Singapura naik 0,74%.
Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan, bursa di Asia hari ini bergerak turun karena beberapa sentimen, seperti ketegangan hadirnya virus Covid-19 varian delta. Pasalnya, di beberapa negara jumlah kasus meningkat meski sudah dilakukan vaksinasi.
"Ketegangan virus delta memicu keraguan tentang vaksinasi yang sebelumnya menjadi senjata utama dukungan pembukaan kembali ekonomi global," kata Lanjar dalam risetnya pagi ini.
Selain terkait Covid-19, Lanjar menilai sentimen yang membuat bursa di Asia cenderung tertekan adalah pelemahan komoditas, penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap mata uang lokal, dan prospek pengurangan stimulus The Fed akan membebani prospek ekonomi ke depan.
Sementara, sentimen dari dalam negeri, investor mencermati potensi capital outflow yang mengancam akibat dari prospek pengurangan stimulus The Fed. "Sehingga secara sentimen IHSG berpotensi bertahan cenderung melemah di akhir pekan," kata Lanjar.
Berdasarkan data RTI Infokom, volume saham yang diperdagangkan sebanyak 1,38 miliar unit dengan frekuensi 79.065 kali hingga pukul 09.05 WIB. Nilai transaksi pada pembukaan perdagangan mencapai Rp 613,52 miliar.
Tercatat hanya ada 119 saham yang bergerak di zona hijau, sementara 216 saham bergerak turun dan 155 saham lainnya stagnan. Saham sektor teknologi, memimpin pelemahan karena turun 2,34% hingga berita ini ditulis.
Penurunan tersebut disebabkan saham berkapitalisasi besar di sektor ini, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) kembali turun 7% menjadi Rp 38.225 per saham. Penurunan ini sudah terjadi selama enam hari perdagangan setelah dibukanya suspensi terhadap saham milik Otto Toto Sugiri dan Anthoni Salim ini.
Saham dengan nilai kapitalisasi pasar besar di sektor teknologi yang juga mengalami penurunan adalah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) sebesar 2,23% menjadi Rp 875 per saham. Harga saham unicorn pertama di Bursa ini cenderung bergerak fluktuatif, dimana pada perdagangan sebelumnya ditutup naik 7,83% ke Rp 895 per saham.