Saham-saham Tambang Nikel Terkoreksi Usai Cetak Rekor Tertinggi
Harga komoditas pertambangan, khususnya nikel pada perdagangan Rabu pagi ini kompak melemah setelah menyentuh rekor tertinggi Selasa (8/3) kemarin ke level US$ 100.000/ton.
Berdasarkan data perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham berbasis komoditas nikel sejak Rabu (9/3 pagi kompak terkoreksi, antara lain, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) melemah 3,52% ke level Rp 6.175 per saham, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga hampir menyentuh batas auto reject bawah (ARB) sebesar 6,69% ke level Rp 2.650 per saham.
Sedangkan, harga saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) melemah 6,82% ke level Rp 1.025 per saham.
Kenaikan harga komoditas nikel global ini meningkat terpicu kekhawatiran pasokan nikel terganggu sebagai dampak perang Rusia dan Ukraina. Sebab, Rusia tercatat sebagai pemasok 10% dari kebutuhan nikel di dunia atau yang terbesar ketiga.
Tak hanya nikel, komoditas batu bara juga melonjak ke level US$ 425/ton. Kenaikan itu membuat pelaku pasar asing mengakumulasi pembelian bersih senilai Rp 614 miliar terutama di saham-saham berbasis komoditas seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Analis Mirae Asset Sekuritas, Handiman Soetoyo mengungkapkan, pelaku pasar asing terus mengumpulkan saham terkait batubara dan nikel di tengah kenaikan harga komoditas.