Dirut Telkom Ungkap Penyebab Turunnya Saham GoTo di BEI
Direktur Utama PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Ririek Adriansyah menjelaskan tren penurunan harga saham perusahaan teknologi, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terimbas dari tren melemahnya saham-saham teknologi di bursa global.
Data perdagangan menunjukkan, dalam sebulan terakhir, harga saham GoTo melemah 30,18%. Namun, pada perdagangan Rabu ini, sahamnya bergerak menguat 18% ke level Rp 236 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 284,62 triliun. Sejak pertama kali melantai di pasar modal pada 11 April lalu, saham perusahaan bersandi GOTO tersebut anjlok 30,17%.
Penurunan tersebut ikut berimbas kepada investasi Grup Telkom di GoTo yang mencatatkan kerugian yang belum direalisasi atas investasi di saham GoTo pada kuartal pertama tahun ini senilai Rp 881 miliar.
"Memang saat ini semua perusahaan digital di dunia lagi turun [tidak hanya dialami GoTo]. Tapi itu tercounter dengan tadi, kita nyarinya gak hanya itu [capital gain], tapi sinergi value yang kita harapkan," kata Ririek, dalam wawancara khusus dengan Katadata.co.id di Gedung Telkom Landmark Tower, Jakarta, Selasa (18/5).
Sebagai perbandingan, saham-saham raksasa teknologi di Amerika Serikat (AS) menunjukkan tren penurunan dan mencatatkan rekor terburuk sejak krisis tahun 2008 silam. Misalnya, saham Netflix sempat ambrol hingga 72%. Facebook juga jatuh 43,9%. Tesla terpuruk dengan pelemahan paling berat di tahun ini sebesar 30,5%.
Sementara itu, emiten teknologi lainnya mencatatkan rekor pelemahan terberat sejak 14 tahun terakhir, yakni Amazon yang terjerembab 36,8%. Saham Microsoft juga anjlok 22,5. Sedangkan, saham Apple dan Google masing-masing ambrol 21,6% dan 17,5%.
Beberapa ekonom dan analis sebelumnya menjelaskan, pelemahan saham-saham teknologi dipicu oleh kekhawatiran investor tentang inflasi yang lebih tinggi yang mengarah ke perlambatan pertumbuhan ekonomi. Sebagai imbasnya, saham-saham di sektor teknologi terpukul keras.
Ditambah lagi, sejumlah investor global melakukan rebalancing portofolio ke saham-saham berbasis komoditas seiring dengan membaiknya perekonomian global. Namun, kini saham-saham emiten teknologi kembali bangkit seiring pengumuman data penjualan ritel AS yang kembali membaik.
Di sisi lain, Ririek menegaskan, kebijakan Grup Telkom berinvestasi di GoTo, tidak hanya mempertimbangkan aspek capital gain atau loss, tetapi juga mempertimbangkan aspek yang lebih luas lagi, seperti sinergi dalam upaya membangun ekosistem digital nasional yang lebih besar, yang salah satunya melalui investasi di GoTo.
Salah satu contoh hasil sinergi tersebut, Grup Telkom memperoleh pendapatan senilai Rp 473 miliar pada tahun 2021 dari pendapatan pelanggan baru mitra pengemudi Gojek melalui pembelian paket data Telkomsel untuk mitra.
Sebelum sinergi dengan GoTo, dari sebanyak 2,5 juta mitra pengemudi, setidaknya terdapat 40% yang belum menggunakan provider Telkomsel. Bahkan, Ririek meyakini potensi sinergi Grup Telkom dengan berinvestasi di GoTo nilainya lebih besar dari jumlah investasi perusahaan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Katadata, potensi pendapatan Telkomsel dari paket data bila rata-rata disetahunkan dengan asumsi pembelian paket data senilai Rp 50 ribu sebulan maka Grup Telkom berpotensi meraih dana Rp 1,8 triliun.
"Potensi sinergi value dengan GoTo justru lebih besar dari nilai yang sudah diinvestasikan Telkom Grup," kata mantan bos Telkomsel tersebut.