Kena Jebakan Dividen, Saham Adaro Anjlok hingga Sentuh Batas Bawah
Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas Chisty Maryani menilai dividend yield Adaro yang sekitar 8% belum cukup menarik. Sehingga ada potensi dividend trap.
“Adaro pergerakannya saat ini koreksinya dalam sekali. Potensi kedepannya Adaro booster-nya cuma dividen,” ujar Chisty dikutip Jumat (12/5).
Maka dari itu, Chisty merekomendasikan kepada investor untuk mengurangi porsi saham ADRO dengan level resistance pada moving average 20 days di Rp 2.970 dan berpotensi menuju level support Rp 2.710.
“Secara teknikal bahkan kami lihat belum ada penguatan. Belum ada pembalikan arah tren. Jadi masih tetap rekomendasinya kurangi porsi,” kata Chisty.
Adapun rasio pembayaran dividen Adaro Energy untuk tahun buku 2022 sebesar 40,1% atau senilai total US$ 1 miliar. Dibandingkan tahun lalu, porsi ini lebih kecil dari rasio dividen untuk tahun buku 2021 yang sebesar 70% atau senilai US$ 650 juta.
“Kalau kita liat emiten energi ini kan sangat nempel ke harga komoditas, sedangkan harga komoditas batu bara juga sudah menurun. Jadi secara jangka panjang juga kurang menarik,” ujar Chisty.
Sebagai informasi, harga batu bara terkoreksi dalam usai bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed, menaikkan suku bunga pada Rabu (3/5).