Banyak Saham IPO yang Harganya Kian Anjlok, BEI Beri Komentar Berikut

Patricia Yashinta Desy Abigail
26 Juli 2023, 15:46
Banyak Saham IPO yang Harganya Kian Anjlok, BEI Beri Komentar Berikut
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/tom.
Pekerja melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/4/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI pada perdagangan Senin (3/4) ditutup menguat 21,89 poin atau 0,32 persen ke posisi 6.827,1 mengikuti penguatan bursa saham kawasan Asia dan global.

Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah mengantongi 51 emiten yang telah mencatatkan sahamnya sepanjang tahun ini. Angka ini mendekati target yang dipasang oleh BEI yaitu 57 perusahaan.

Namun sayangnya banyak harga saham dari perusahaan tersebut yang justru anjlok setelah melakukan pencatatan saham di BEI. Misalnya seperti PT Lavender Bina Cendekia Tbk (BMBL) yang memasang harga perdana Rp 188, kini harga sahamnya tinggal Rp 45 per Rabu (26/7).

Selain itu PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) yang sahamnya berada di level Rp 50 per saham dari semula Rp 108 per saham. Lalu ada PT Mitra Tirta Buwana Tbk (SOUL) yang kini hanya Rp 24 dari harga perdana Rp 110 per saham.

Seiring dengan kondisi tersebut, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna memberikan komentar terkait penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saham yang ideal. Dia mengatakan, perusahaan yang akan melakukan IPO saham memiliki tujuan masing-masing yang disesuaikan dengan kebutuhan dan strategi perusahaan.

"IPO dikatakan berhasil jika ekspektasi dan tujuan IPO yang ditetapkan oleh pemegang saham dan jajaran manajemen dapat terpenuhi baik," katanya kepada wartawan, Rabu (26/7).

Menurut Nyoman, keberhasilan IPO tidak hanya ditentukan dari besaran dana yang diperoleh di primary market tapi juga performa di pasar sekunder.

Dengan dana yang diperoleh melalui IPO dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik, emiten diharapkan dapat melakukan ekspansi dan pengembangan perusahaan. Di mana hal itu nantinya akan berdampak pada kinerja fundamental perusahaan yang diharapkan akan terefleksi dari performa harga dan likuiditas transaksi di pasar sekunder.

Melansir CNBC International, Deloitte menyebut pasar IPO di kawasan Asia Tenggara menjadi favorit investor. Adapun terdapat 85 perusahaan yang melakukan aksi korporasi IPO dan mengumpulkan dana US$ 3,3 miliar.

“Prospek pertumbuhan positif Asia Tenggara menjadikan kawasan ini sebagai favorit investor. Apalagi investasi asing terus masuk seiring kawasan itu dibuka kembali, pemulihan industri pariwisata, dan permintaan domestik yang melonjak,” tulis Deloitte melansir CNBC International, dikutip Rabu (26/7).

Dalam risetnya Deloitte menyebut peningkatan tersebut sebagian besar disebabkan oleh tiga IPO di Indonesia yang masing-masing mengumpulkan lebih dari US$ 500 juta. Jumlah itu secara total lebih besar dibandingkan tahun lalu dengan IPO bernilai jumbo bernilai US$ 1 miliar, tapi hanya dari satu perusahaan yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Sebelumnya Direktur Utama BEI Iman Rachman optimistis 57 perusahaan baru akan mencatatkan saham perdananya di tahun ini. Alasannya secara tren, IPO di Indonesia terus mencatatkan jumlah tertinggi dalam lima tahun terakhir dengan pertumbuhan 40%.

“Sejak 2018, rata-rata emiten kita setahun itu di atas 50,” ungkap Iman, dalam wawancara khusus dengan Katadata.co.id, Kamis (16/2) di Gedung BEI, Jakarta.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail
Editor: Lona Olavia

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...