Ramai Isu Boikot, Simak Target Harga Saham Terbaru Unilever
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) diproyeksikan akan mengalami dampak positif yang paling minim dari liburan akhir tahun dan belanja jelang Pemilu 2024 mendatang.
Analis Equity Research BRI Danareksa Sekuritas, Natalia Susanto menyebut hal ini disebabkan oleh sinyal dari jalur distribusi yang berpotensi negatif dari kampanye boikot atas produk yang dianggap pro Israel.
Selain itu, Natalia juga menurunkan estimasi laba bersih Unilever pada setahun penuh 2023 sebesar -5,8% atau -6,8%. Selain itu dalam riset yang dikutip Jumat (24/11), BRI Danareksa menurunkan target harga saham menjadi Rp 3.200 per lembar saham dari sebelumnya Rp 4.100 dan mempertahankan peringkat hold.
BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan penjualan UNVR yang rendah pada kuartal keempat tahun 2023 akan menekan laba pada tahun fiskal 2023. Natalia menyebut pemerintah juga berencana mengalokasikan dana bantuan sosial sebesar Rp 7,5 triliun pada akhir tahun ini dengan tambahan distribusi beras senilai Rp 2,7 triliun.
BRI Danareksa Sekuritas mempertimbangkan secara hati-hati potensi dampak boikot terhadap kinerja UNVR pada kuartal keempat tahun 2023. Evaluasi saluran distribusi perseroan menunjukkan adanya pergeseran konsumen menuju perusahaan-perusahaan FMCG lokal seperti grup Wings, Indofood, dan ABC.
Dengan demikian, penjualan pada kuartal empat 2023 diperkirakan turun 3,2% secara kuartalan dan estimasi pendapatan sebesar -3,6% menjadi Rp 40,4 triliun dan laba bersih diperkirakan turun 5,8% menjadi Rp 5,4 triliun.
Secara historis, Unilever diuntungkan oleh peningkatan belanja selama masa kampanye Pemilu terutama dari konsumsi di luar rumah termasuk es krim dan teh.
“Kami memperkirakan dampak yang lebih kecil pada tahun 2024 karena kami memperkirakan daya beli daya beli masyarakat yang masih lemah,” kata Natalia.
Oleh karena itu, ia menurunkan estimasi laba bersih 2024 sebesar 4,5%.Hal itu disebabkan perkiraan bauran penjualan akan bergeser ke produk dengan marjin yang lebih rendah.
Selain itu pendapatan untuk 2024 diperkirakan sebesar -6,8% menjadi Rp 5,6 triliun atau naik 4,2% secara tahunan. Serta mempertahankan peringkat hold dengan target harga yang lebih rendah di Rp 3.200 per saham.
Di tengah kondisi daya beli yang kondisi daya beli yang menantang, Natalia memperkirakan produk beauty and personal care Unilever akan terus menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan merek-merek lokal. Sementara di segmen home care, ia percaya bahwa konsumen akan terus mencari produk dengan harga terjangkau.
“Risiko-risiko utama utama menurut pandangannya adalah pemulihan yang lebih kuat di kuartal empat 2023 dan perubahan signifikan dalam pemasaran dan strategi yang mengarah pada pertumbuhan penjualan yang lebih kuat di 2024,” ujar Natalia.
Sebelumnya Unilever akan menebar dividen interim tahun buku 2023 senilai Rp 63 per saham pada 19 Desember 2023. Namun besaran dividen interim yang akan dibagikan emiten barang konsumsi ini lebih rendah ketimbang tahun lalu.
Pada 15 Desember 2022, Unilever tercatat menebar dividen interim Rp 69 per saham atau Rp 2,63 triliun dari laba yang dibagikan. Hal itu lumrah mengingat laba bersih Unilever yang tergerus 9,1% menjadi Rp 4,18 triliun per 30 September 2023. Hal ini menyebabkan laba per saham dasar UNVR menurun ke level Rp 110 per saham, dari sebelumnya Rp 121 saham.
Pada perdagangan Jumat (24/11) pukul 14.37 WIB, saham UNVR stagnan di Rp 3.540 per lembarnya. Namun secara tahun berjalan saham UNVR sudah ambles 23,4%.