Bursa AS Lesu, Nasdaq Catat Kinerja Terburuk Sejak September

Nur Hana Putri Nabila
8 Januari 2024, 06:14
Ilustrasi - Para pialang sedang bekerja di lantai Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat (AS). ANTARA/Reuters/pri
Antara
Ilustrasi - Para pialang sedang bekerja di lantai Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat (AS). ANTARA/Reuters/pri
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Indeks bursa AS (Amerika Serikat) mengalami volatilitas hingga akhirnya ditutup dengan kenaikan tipis pada Jumat (5/1). Di samping itu, S&P 500 dan Nasdaq Composite memulai tahun 2024 dengan performa mingguan terlemah dalam beberapa bulan terakhir.

Mengutip Reuters pada Senin (8/1), S&P 500 naik 8,56 poin atau 0,18% menjadi 4.697,24 poin, sedangkan Nasdaq Composite terapresiasi 13,77 poin atau 0,09% menjadi 14.524,07. Dow Jones Industrial Average menguat 25,77 poin atau 0,07% menjadi 37.466,11.

Namun, ketiga indeks utama mencatat penurunan mingguan dalam sepuluh minggu terakhir, yakni S&P 500 turun 1,54%, Nasdaq Composite merosot 3,26%, dan Dow Jones Industrial Average melemah 0,59%.

Volume di bursa AS mencapai 11,2 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 12,3 miliar saham selama 20 hari perdagangan terakhir.

 Untuk S&P 500, ini merupakan kinerja mingguan terburuk sejak akhir Oktober, sementara Nasdaq membukukan minggu terburuknya sejak akhir September.

Selain itu, investor mengambil langkah hati-hati di awal tahun 2024. Mereka menantikan informasi lebih lanjut tentang waktu dan kecepatan potensi penurunan suku bunga.

Ekspektasi akan penurunan suku bunga telah memicu kenaikan signifikan dalam beberapa minggu terakhir tahun 2023.  Akhirnya hal itu telah mendorong S&P 500 mendekati 1% dari level tertingginya sepanjang masa. 

Menurut Kepala Strategi Ekuitas dan Derivatif AS di BNP Paribas, Greg Boutle, setiap ada tanda-tanda perlambatan dalam rencana tersebut telah menjadi sinyal bagi investor untuk melakukan aksi ambil untung. 

 "Untuk saat ini, ini mungkin terlihat seperti koreksi yang sehat untuk pasar yang telah jenuh beli pada akhir tahun lalu," kata Boutle, dikutip Reuters pada Senin (8/1).

 Pada perdagangan Jumat pekan lalu, pasar bergerak fluktuatif sepanjang hari sebab investor menyerap data makro ekonomi terbaru yang menawarkan pandangan kontras mengenai kapan penurunan suku bunga dapat dimulai.

 Awalnya, data pekerjaan yang positif dari laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di AS telah mempekerjakan lebih banyak pekerja daripada perkiraan pada Desember. Hal ini mengurangi harapan akan pelonggaran suku bunga yang cepat dan menekan harga saham ke level yang lebih rendah.

 Namun, survei dari Institute for Supply Management (ISM) kemudian menunjukkan penurunan aktivitas di sektor jasa pada Desember sehingga menandakan ketidakstabilan ekonomi yang lebih besar. Hal ini menguntungkan para investor yang mengharapkan penurunan suku bunga yang lebih cepat, yang mengakibatkan pasar naik dari pagi hingga sore hari.

 Meskipun terjadi gejolak lebih lanjut pada sore hari, pada akhirnya ketiga tolok ukur tersebut mengakhiri hari dengan kemenangan dengan sesi positif pertama di tahun 2024 untuk S&P dan Nasdaq.

"Dalam hal data makro, saya pikir ada sesuatu untuk semua orang, dalam hal data yang kami lihat," kata Boutle.

 Menurut Boutle, rilis data minggu ini tidak mungkin meyakinkan siapa pun untuk berubah pikiran terkait penurunan suku bunga di tahun ini. 

 Sedangkan berdasarkan alat FedWatch CME Group, para trader memperkirakan peluang sebesar 66,4% untuk setidaknya pemotongan sebesar 25 basis poin di bulan Maret.

Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun menutup minggu ini di level 4,05%. Sektor keuangan (.SPSY) menjadi pemimpin kenaikan di antara sektor dalam S&P 500 dengan kenaikan sebesar 0,5%, terutama karena kinerja baik dari bank-bank menjelang dimulainya musim laporan keuangan minggu depan.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...