Bursa Asia Menguat Saat BEI Libur Idul Adha, Apa Pemicunya?
Perdagangan saham di sejumlah bursa Asia mengalami kenaikan pada perdagangan Selasa (18/6). Kenaikan terjadi setelah Wall Street menunjukkan performa positif, menjelang serangkaian pidato dari pejabat Federal Reserve pada awal Juli mendatang.
Pada saat bersamaan Bursa Efek Indonesia menetapkan hari libur perdagangan selama dua hari pada 17 dan 18 Juni 2024 untuk merayakan Idul Adha. Pasar saham akan kembali dibuka pada Rabu (19/6).
Sementara itu, dolar Australia tetap stabil setelah Reserve Bank of Australia (RBA) mempertahankan suku bunga tetap. Kebijakan ini mencerminkan kehati-hatian terhadap risiko inflasi.
RBA memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam 12 tahun, yaitu 4,35%. Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi pasar, namun bank sentral tersebut memperingatkan pentingnya tetap waspada terhadap potensi peningkatan inflasi.
Kebijakan suku bunga tersebut mendorong para pedagang untuk mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Di sisi lain kebijakan ini tidak terlalu berpengaruh pada nilai tukar dolar Australia, yang terakhir diperdagangkan di $0,6612.
"Hasil pertemuan Dewan RBA hari ini netral dan sesuai dengan perkiraan," kata Tony Sycamore, analis pasar seperti dikutip dari Reuters.
Menurut Tony, RBA akan tetap mempertahankan kebijakan saat ini hingga mendapatkan indikasi yang lebih jelas bahwa inflasi berada di jalur yang tepat. Faktor lain adalah bila terjadi perubahan signifikan pada kondisi ekonomi.
Sementara itu, meredanya kekhawatiran politik di Eropa juga berkontribusi pada suasana pasar yang positif dengan EUROSTOXX 50 futures naik 0,35%, dan FTSE futures naik 0,25%. Indeks terluas MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang (.MIAPJ0000PUS) naik 0,64%, dipicu oleh reli semalam di Wall Street.
"Optimisme terhadap daya tahan ekonomi, perbaikan pendapatan perusahaan, dan potensi penurunan suku bunga telah mendukung pasar ekuitas, meskipun ada kekhawatiran bahwa kenaikan ini hanya terkonsentrasi pada beberapa saham teknologi besar," ujar Jameson Coombs, ekonom di Westpac.
Nasdaq futures dan S&P 500 futures masing-masing sedikit menurun. Sementara Nikkei Jepang (.N225) dan saham unggulan Tiongkok (.CSI300) menunjukkan kenaikan.
Di Eropa, bank sentral Norwegia, Inggris, dan Swiss dijadwalkan bertemu minggu ini. Diperkirakan Norwegia dan Inggris akan mempertahankan suku bunga tetap, sementara Bank Nasional Swiss diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Di Amerika Serikat, enam pejabat Federal Reserve dijadwalkan berbicara pada hari Selasa, yang dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang prospek suku bunga setelah keputusan kebijakan minggu lalu. Saat ini, pasar memperkirakan sekitar 45 basis poin penurunan suku bunga Fed untuk sisa tahun 2024.
Di pasar mata uang, dolar AS menguat menjelang rilis data penjualan ritel, yang mendorong euro turun 0,13% ke $1,0720, poundsterling turun 0,07% ke $1,2696, dan yen berada di 157,73 per dolar. Yuan onshore Tiongkok berada dekat level terendah tujuh bulan di 7,2556 per dolar, sebagian tertekan oleh data ekonomi campuran yang menunjukkan perlunya dukungan lebih lanjut dari Beijing.
"Data ekonomi Mei Tiongkok menunjukkan bahwa pembuat kebijakan memiliki banyak pekerjaan untuk mempertahankan pemulihan yang rapuh," kata analis di Societe Generale.
Di pasar komoditas, harga minyak sedikit melemah, dengan Brent crude futures turun 0,17% ke $84,11 per barel, dan U.S. West Texas Intermediate crude futures turun 0,17% ke $80,19 per barel.