BEI Akan Tindak Keras Emiten Sudah Lama Terancam Delisting Tapi Tidak Buyback

Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menindak keras terhadap 50 emiten yang sudah disuspensi lama dan kini terancam delisting. Bahkan terdapat emiten yang sudah disuspensi sejak 2018 atau 65 bulan. 

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menyatakan agar bisa delisting, harus ada pihak yang siap melakukan buyback. Jika bursa memaksakan buyback tanpa ada pihak yang siap, delisting tidak akan berjalan mulus.

 Ia menegaskan tujuan utamanya adalah memastikan ada pihak yang siap dan memiliki dana untuk membeli saham publik tersebut. Oleh karena itu, saat ini BEI komunikasi yang tengah dilakukan dengan perusahaan tercatat adalah memastikan bahwa pihak-pihak tersebut sudah siap dengan dana untuk buyback.

 “Karena gini, ujung dari buyback adalah bagaimana memastikan ada pihak yang memiliki (saham) dan untuk melakukan buyback,” kata Nyoman kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (7/8

 Tak hanya itu, Nyoman menegaskan bahwa bursa telah bertemu dengan emiten yang telah disuspensi sejak lama, bahkan sejak 2018. Ia menyebut bursa sedang dalam proses untuk mendapatkan pihak yang dapat melakukan buyback. 

 Dengan demikian, bursa akan menjalani semua proses, termasuk memanggil semua pihak, seperti Board of Director (BOD) dan pengendali perusahaan. Hal itu untuk melihat apakah ada upaya dari mereka untuk menunjukkan perubahan yang signifikan.

Jika ada perubahan signifikan, kata Nyoman, bursa akan memberikan kesempatan kepada perusahaan tersebut. Bursa juga masih akan menunggu jika perusahaan tersebut melakukan perbaikan pada kinerjanya atau perubahan dari kasus hukum.

 “Pada saat kita mengatakan forced delisting, kita harus pastikan dulu siapa pihaknya, itu menjadi satu kesatuan karena ujungnya nanti bagaimana kepentingan publik, ada pihak yang buyback,” tambahnya. 

 Emiten Terancam Delisting, Bagaimana Nasib Investor? 

Pengamat Pasar Modal dan Praktisi Investasi, Desmond Wira, mengatakan sudah ada aturan untuk melindungi investor dari perusahaan yang terancam delisting. Emiten diharuskan untuk membeli kembali sahamnya (buyback). 

Aturan mengenai delisting tersebut terdapat dalam Surat Edaran OJK nomor 13 tahun 2023, yang mengatur pembelian kembali saham perusahaan terbuka akibat pencatatan saham yang dibatalkan oleh bursa efek karena kondisi atau peristiwa yang berdampak negatif signifikan pada kelangsungan usaha.  

 Namun, kata Desmond, masalahnya adalah jika delisting terjadi bukan secara sukarela tetapi karena perusahaan tersebut bermasalah. Apabila kondisinya seperti itu, emiten yang terkena forced delisting biasanya tidak mampu membeli kembali sahamnya dari investor. 

 “Jadi, aturan itu tidak berguna dalam skenario yang buruk,” kata Desmond ketika dihubungi Katadata.co.id, Juli lalu

 Namun jika kondisinya seperti itu, tidak ada yang bisa dilakukan. Memaksa emiten untuk buyback juga belum tentu berhasil karena perusahaan tersebut kemungkinan tidak memiliki dana. Oleh karena itu, investor sejak awal harus mengantisipasi kemungkinan terburuk.  

 “Jangan sembarangan membeli saham IPO, lakukan analisis mendalam terlebih dahulu sebelum membeli  saham,” ujarnya.

 Berikut deretan 50 perusahaan tercatat yang akan delisting: