Investor Menanti Hasil Pilpres Amerika, Bursa Saham Wall Street Menguat
Bursa saham Wall Street di Amerika Serikat atau AS menguat pada perdagangan Selasa (5/11), lantaran para investor menantikan hasil dari Pemilihan Presiden atau Pilpres di negara ini.
Indeks saham S&P 500 menguat 1,23% menjadi 5.782,76. Nasdaq Composite naik 1,43% menjadi 18.439,17 dan Dow Jones Industrial Average meningkat 1,02% ke level 42.221,88.
Kepala Strategi Pasar di Carson Group Ryan Detrick menyampaikan, persaingan ketat antara mantan Presiden Donald Trump dan Wakil Presiden Kamala Harris dalam Pilpres Amerika, menjadi sorotan utama.
Investor juga menyoroti partai yang akan menguasai Kongres. Kedua hal ini dinilai dinilai dapat memengaruhi kebijakan, termasuk potensi perubahan besar dalam pengeluaran dan kebijakan pajak, jika Partai Republik atau Demokrat yang unggul.
Berdasarkan data CNBC Internasional sejak 1980, harga saham rata-rata meningkat cukup besar antara hari Pemilu dan akhir tahun. Saham kemudian cenderung melemah dalam sesi dan pekan-pekan setelahnya.
Ketidakpastian hasil pemilu juga diperkirakan dapat memicu fluktuasi pasar yang lebih besar.
Akan tetapi, tidak tercatat adanya pola pergerakan saham tertentu terkait pemilu pada perdagangan Selasa (5/11), melainkan reli di seluruh bursa Wall Street.
Detrick menilai para investor mengantisipasi dampak dari potensi ketidakpastian dan drama politik selama Pilpres Amerika, ke pasar saham. "Kenyataannya, siapa pun yang memegang kendali di Gedung Putih nantinya mewarisi ekonomi yang berada dalam kondisi cukup baik,” kata dia dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (6/11).
Harga saham-saham bank hanya naik tipis meskipun diperkirakan untung oleh deregulasi di bawah kendali GOP. ETF SPDR S&P Bank (KBE) naik 1,6%.
Saham Nvidia juga meningkat hampir 3%, meski tampaknya tetap stabil terlepas dari hasil pemilu.
Begitu pun Tesla naik 3,5% dan kemungkinan akan diuntungkan dari Pilpres AS kali ini, baik dari kemenangan Demokrat maupun Republik, mengingat hubungan CEO Elon Musk dengan Trump.
Selain pemilu, investor menantikan keputusan bank sentral Amerika The Fed terkait suku bunga acuan dalam rapat November yang akan diumumkan pada Kamis (7/11). Menurut alat FedWatch dari CME Group, para pedagang memperkirakan sekitar 98% kemungkinan penurunan suku bunga acuan 25 basis poin atau bps, setelah turun 50 bps pada September.