Wall Street Ditutup Bervariasi, Reli Saham Akhir Tahun Bakal Berlanjut
Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan Kamis (26/12). Tiga indeks saham AS hampir tidak berubah, mengurangi penurunan awal yang ringan dan menghentikan apa yang terlihat di awal minggu ini seperti “reli Sinterklas”.
Reli Sinterklas adalah momen di mana saham-saham mendapatkan dorongan musiman dari likuiditas yang rendah, panen pajak, dan investasi bonus akhir tahun.
Dengan hanya beberapa hari perdagangan yang tersisa di tahun ini, Nasdaq, S&P 500, dan Dow telah mencetak keuntungan masing-masing sebesar 33%, 26% dan 14% pada 2024. Kekhawatiran utama para pelaku pasar untuk tahun 2025 adalah sejauh mana pelonggaran moneter The Fed, tarif Trump dan kebijakan lainnya, serta berbagai ketegangan geopolitik.
Data klaim tunjangan pengangguran AS turun ke level terendah dalam satu bulan terakhir pada minggu lalu, konsisten dengan pasar tenaga kerja AS yang mendingin namun masih sehat. Klaim tunjangan pengangguran pada 21 Desember mencapai 219.000, lebih rendah dibandingkan dengan konsensus para ekonom yang memprediksi sebanyak 225.000 klaim.
Dow Jones Industrial Average naik tipis 0,07% menjadi 43.325,80, S&P 500 turun 0,04% menjadi 6.037,59 dan Nasdaq Composite turun 0,05% menjadi 20.020,357.
“Ini adalah volume yang ringan dan sekarang kita memulihkan beberapa kerugian sebelumnya karena beberapa aksi ambil untung dari reli hari Selasa,” kata Peter Cardillo, Kepala Ekonom Pasar di Spartan Capital Securities di New York, seperti dikutip Reuters, Kamis (26/12).
Ia menyebut Bursa AS masih berada dalam fase 'reli Sinterklas' dengan sedikit ganjalan. "Mungkin aman untuk mengatakan reli akhir tahun akan berlanjut,” ujar Cardillo.
Menurut laporan CNBC, Apple dan Tapestry adalah dua saham di S&P 500 yang mencetak rekor tertinggi baru dalam 52 minggu pada Kamis (26/12). Apple, yang juga merupakan anggota Dow Jones Industrial Average, diperdagangkan pada level tertinggi sepanjang masa.
Wedbush menaikkan target harga saham Apple menjadi US$325 (Rp 5,24 juta) untuk 12 bulan ke depan. Nilai kapitalisasi pasar Apple US$ 3,9 triliun (Rp 62,88 kuadriliun). Target harga baru untuk Apple ini merupakan yang tertinggi di Wall Street, dan yang pertama di atas US$ 300 (Rp 4,84 juta), menurut data FactSet.
Saham Tapestry, perusahaan fesyen multinasional yang menaungi jenama Kate Spade dan Coach, naik 1,38% menjadi US$ 66,18 (Rp 1,07 juta). Nilai kapitalisasi pasar Tapestry mencapai US$ 15,42 miliar (Rp 248,6 triliun).
Indeks MSCI dari saham-saham di seluruh dunia naik 0,06%. Indeks ini tampak berada di jalur yang tepat untuk menutup tahun ini dengan kenaikan tahunan kedua berturut-turut sebesar lebih dari 17%. Indeks MSCI global tidak terpengaruh oleh meningkatnya ketegangan geopolitik dan hambatan ekonomi.
Indeks Nikkei Jepang naik 1,12%. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang ditutup 0,14% lebih rendah tetapi tetap berada di jalur untuk kenaikan mingguan.
Pasar Eropa ditutup untuk hari kedua berturut-turut sedangkan para pialang saham di London libur untuk merayakan Boxing Day.
Imbal Hasil Obligasi AS
Pesan-pesan Federal Reserve yang memberikan indikasi penurunan suku bunga acuan akan lebih sedikit tahun depan membebani perdagangan obligasi negara AS dan membantu meningkatkan imbal hasil obligasi pemerintah tenor sepuluh tahun ke level tertinggi sejak awal Mei. Imbal hasil mencapai puncaknya di 4,64%, naik dengan stabil dari sekitar 4,10% di awal bulan ini.
“Kita mungkin sedang menuju ke 4,75% hingga 5,0% untuk obligasi pemerintah tenor sepuluh tahun dan alasannya adalah karena pasar obligasi penuh dengan ketidakpastian, sementara pasar saham penuh dengan antusiasme,” kata Cardillo.
Menurutnya pasar obligasi memproyeksikan kebijakan The Fed yang lebih ketat akan terjadi pada paruh pertama tahun depan.
Minat yang kuat pada lelang obligasi pemerintah untuk obligasi bertenor tujuh tahun meluas pada Kamis (26/12) sore hari. Hal ini membuat imbal hasil obligasi pemerintah AS yang menjadi acuan kembali turun ke 4,581%, turun 0,6 basis poin dari posisi akhir Selasa (24/12).
Imbal hasil obligasi AS bertenor dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, berada di level 4,33%.
Demikian juga indeks dolar AS, sekumpulan enam mata uang yang sangat dipengaruhi oleh euro dan yen, secara longgar mengikuti imbal hasil obligasi yang tidak berubah di akhir hari Kamis. Euro naik 0,15% menjadi US$1,042 dan dolar menguat terhadap yen sebesar 0,38% pada 158 setelah mencapai level tertinggi sejak pertengahan Juli di 158,08.