Wall Street Anjlok, Kebijakan Tarif Trump Picu Aksi Jual Saham Teknologi

Nur Hana Putri Nabila
27 Maret 2025, 06:37
Ilustrasi - Bursa Wall Street. ANTARA/Reuters/Mike Segar
Antara
Ilustrasi - Bursa Wall Street. ANTARA/Reuters/Mike Segar

Ringkasan

  • Bursa saham Wall Street AS merosot, didorong oleh penurunan saham teknologi dan kekhawatiran atas kebijakan tarif Presiden Trump. Saham-saham teknologi besar seperti Nvidia, Meta, Amazon, Alphabet, dan Tesla mengalami penurunan signifikan.
  • Kebijakan tarif baru untuk impor mobil semakin memperburuk sentimen pasar, menekan saham produsen mobil seperti General Motors dan Stellantis. Rencana tambahan tarif diperkirakan akan diumumkan pekan depan.
  • Investor beralih ke sektor defensif seperti bahan pokok dan utilitas di tengah ketidakpastian. Reaksi pasar terhadap kebijakan perdagangan ini diperkirakan akan berlanjut hingga tarif resiprokal berlaku dan mungkin lebih lama jika ada penyesuaian tarif lebih lanjut.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indeks bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) merosot pada perdagangan hari Rabu (26/3), terutama dipicu oleh pelemahan saham teknologi dan di tengah meningkatnya tekanan terkait kebijakan tarif oleh Presiden Donald Trump.

S&P 500 melemah 1,12% ke level 5.712,20, Dow Jones Industrial Average turun 132,71 poin atau 0,31% menjadi 42.454,79. Nasdaq Composite, yang didominasi saham teknologi, anjlok 2,04% ke 17.899,01, dengan Nvidia merosot hampir 6%.

Saham raksasa teknologi seperti Meta Platforms dan Amazon terkoreksi lebih dari 2% dan Alphabet turun lebih dari 3% dan Tesla anjlok lebih dari 5%.

Sentimen negatif semakin kuat setelah Gedung Putih mengkonfirmasi Presiden Donald Trump akan mengumumkan tarif baru untuk impor mobil dalam konferensi pers pukul 16.00 ET. Saham General Motors dan Stellantis pun tertekan, masing-masing turun lebih dari 3%.

Kebijakan ini dirilis menjelang rencana tambahan tarif yang dijadwalkan pekan depan. Trump sebelumnya menyatakan tarif yang akan diberlakukan cenderung lebih "lunak dibanding resiprokal.” Hal itu mengindikasikan sikap yang lebih fleksibel dibanding laporan awal pekan ini yang menyebut kemungkinan cakupan tarif lebih sempit dan penundaan pada sektor tertentu.

Kepala Strategi Investasi CFRA Research, Sam Stovall, menyebut setiap kali Presiden mengumumkan kebijakan perdagangan, pasar cenderung bereaksi. Dengan rencana penambahan tarif impor mobil, kata Stovall, sektor defensif seperti bahan pokok dan utilitas kembali diminati investor.

Menurutnya, pergeseran ini kemungkinan akan berlangsung setidaknya hingga 2 April, saat tarif resiprokal mulai berlaku. “Dan mungkin lebih lama lagi jika Presiden melakukan penyesuaian tarif yang berkelanjutan," kata Stovall dikutip CNBC, Kamis (27/3).

Kekhawatiran terhadap dampak kebijakan perdagangan proteksionis terus menekan pasar saham dalam beberapa waktu terakhir. Indeks S&P 500 sempat memasuki zona koreksi awal bulan ini, turun lebih dari 10% dari level tertingginya yang tercapai pada Februari.

Sebelumnya, Wall Street mencatat tren positif, dengan S&P 500 pada Selasa mencatatkan kenaikan selama tiga sesi berturut-turut.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...