Riset: Hampir Separuh Nasabah Meragukan Keamanan Digital Perbankan

Fahmi Ahmad Burhan
3 Maret 2021, 20:02
Digital e-commerce
Arief Kamaludin | KATADATA
Layanan digital mobile banking milik BCA. Hasil riset yang dilakukan penyedia teknologi keamanan siber F5 Indonesia menunjukkan banyak nasabah yang tidak percaya pada sistem keamanan siber perbankan.

Surung mengatakan, perbankan memang menjadi sasaran empuk para pelaku kejahatan siber. "Ini karena semua informasi yang dimiliki bank merupakan informasi penting. Transaksi keuangan juga menarik buat para pelaku kejahatan siber mencari keuntungan," ujarnya.

Apalagi, saat ini transaksi keuangan masif dilakukan secara digital. Banyak perbankan juga menawarkan layanan keuangannya secara digital.

Tahun lalu, OCBC NISP dan UOB Indonesia bertransformasi dengan membuat layanan digital. OCBC NISP membuat Nyala dan UOB Indonesia membuat TMRW. Bank Central Asia (BCA) bahkan membuat bank digital sendiri yakni Bank Digital BCA.

Sebelumnya, pada 2016 Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) membuat layanan digital Jenius. Kemudian, Bank DBS Indonesia membuat digibank, Bank Commonwealth membuat Tyme Digital dan Bank Bukopin membuat Wokee pada 2017.

Tiga Cara Mengantisipasi Serangan Siber

Chief Digital Forensic PT DFI Ruby Alamsyah mengatakan, ada risiko keamanan di balik transformasi digital itu yang harus diantisipasi industri. "Ini Pekerjaan Rumah (PR) yang cukup besar,” kata dia kepada Katadata.co.id, Senin (27/7).

Setidaknya, ada tiga hal terkait keamanan yang harus diantisipasi oleh regulator dan perusahaan.

Pertama, penyedia layanan bank harus menyiapkan sistem keamanan dari hulu ke hilir (end to end system). “Itu harus benar-benar dites dan dicek agar tidak ada celah keamanan,” kata Ruby.

Kedua, mempunyai Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang keamanan siber yang andal. "Tim keamanan harus memonitor potensi kebocoroan data yang mungkin timbul dalam 24 jam. Juga memastikan sistem peringatan (alert) optimal," ujarnya.

Ia mencatat, banyak kasus serangan siber atas layanan perbankan baru diketahui setelah nasabah melapor. Oleh karena itu, faktor keamanan perlu ditingkatkan untuk memberikan kepastian kepada konsumen, Jika bank ingin merambah layanan digital.

Ketiga, regulasi perlu diperkuat. Jika tidak, data masyarakat akan sangat mudah diperjualbelikan dan menjadi modal penipuan.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

The pandemic has led Indonesia to revisit its roadmap to the future. This year, we invite our distinguished panel and audience to examine this simple yet impactful statement:

Reimagining Indonesia’s Future

Join us in envisioning a bright future for Indonesia, in a post-pandemic world and beyond at Indonesia Data and Economic Conference 2021. Register Now Here!

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...