Fintech Tanijoy Berpotensi Gagal Bayar hingga Rp 4,5 Miliar
Startup peer to peer lending (P2P) Tanijoy berpotensi mengalami gagal bayar atau default dana investor lebih dari Rp 4,5 miliar. Investor mengaku kesulitan melakukan mediasi dengan manajemen Tanijoy dan belum mendapat kejelasan kapan dana bisa dikembalikan.
Berdiri sejak 2017, Tanijoy merupakan startup penyedia platform investasi online yang menghubungkan petani kecil ke akses permodalan untuk budidaya pertanian. Tanijoy bertindak sebagai perantara antara pengguna platform sebagai pendana (lender) dan petani sebagai peminjam.
Ketua I Himpunan Lender Tanijoy Fadhilah Pijar Ash Shiddiq mengatakan, sebanyak 420 lender yang juga anggota himpunan mengaku kesulitan untuk menarik dananya kembali atau withdraw. Estimasinya, sekitar Rp 4,5 miliar dana lender belum bisa ditarik dari platform Tanijoy.
“Nilai investasinya beragam, mulai dari Rp 1,3 juta hingga yang terbesar Rp 140 juta dari total 108 proyek yang sudah diluncurkan Tanijoy,” kata Fadhil saat dihubungi Katadata.co.id, Senin (26/7).
Ada tiga masalah yang tengah dihadapi lender Tanijoy saat ini. Pertama, manajemen belum memberikan update selama beberapa bulan terkait perkembangan proyek yang belum selesai. Kedua, untuk proyek yang sudah selesai, investor atau lender tidak bisa menarik dananya dari platform Tanijoy ke rekening pribadi mereka.
Bahkan, lender yang menempatkan fresh money di platform Tanijoy juga kesulitan melakukan penarikan dana ke rekening pribadinya. Sementara itu, manajemen baru mengakui masalah proses withdraw lender pada September 2020.
“Ada pembicaraan dari manajemen kalau ada masalah keuangan. Dibuatkan daftar antrian sekitar 13 lender. Saya masuk urutan kedelapan, dan sekarang baru diproses urutan keempat,” ujar Fadhil.
Saat dikonfirmasi terkait besaran dana investor yang tertahan di platform, CEO Tanijoy M Nanda Putra masih enggan mengkonfirmasi lebih lanjut. “Ada beberapa hal yang perlu kami klarifikasi, akan kami sampaikan melalui release,” ujarnya kepada Katadata.co.id, Senin (26/7).
Dari berkas yang diperoleh Katadata.co.id, Tanijoy menjelaskan dalam keterangan ‘Pernyataan Perusahaan’ pada Januari 2021 bahwa pihaknya tengah melakukan restrukturisasi. Selama ini Tanijoy hanya mengandalkan pemasukan platform fee sekitar 3% dari nilai proyek yang terkumpul. Sementara, dalam setengah tahun terakhir startup fintech tersebut mengaku tidak membuka proyek baru.
“Tanijoy tidak memiliki pemasukan sama sekali. Kondisi ini menyebabkan Tanijoy mengalami kesulitan keuangan,” menurut keterangan tersebut.
Berdasarkan notula mediasi yang dilakukan Tanijoy dengan lender pada 7 Mei 2021, disampaikan ada 126 proyek yang selesai. Dari semuanya, terdapat 30 proyek atau 35,3% belum menyelesaikan kewajibannya atau melakukan pelunasan.
Diketahui, hingga proyek terakhir dibuka, terdapat 756 petani yang bekerja sama dengan Tanijoy. Adapun total dana terhimpun hingga Mei 2020 mencapai Rp 19,3 miliar. Dari total tersebut, sebanyak Rp 14,76 miliar telah berhasil diselesaikan. Sisa Rp 5,64 miliar masih menjadi outstanding, dan Rp 3,92 miliar menjadi withdraw yang terhambat.
“Ada selisih yang cukup besar sekitar Rp 1 miliar, antara data himpunan terkait withdraw yang terhambat dengan paparan Tanijoy,” ujar laporan tersebut.
Untuk menalangi uang pendana yang masih tertahan, Tanijoy berencana untuk membayarnya dari kas anak usaha lain, yakni Tanijoy Trade. Anak usaha tersebut fokus pada transaksi trading komoditas pertanian ke beberapa supermarket besar, e-commerce, restoran, dan supplier besar.
Tanijoy Trade dapat menghasilkan dana berkisar Rp 876,54 juta setiap bulannya. Jika semua kuota (kontrak) dapat terpenuhi, jumlah transaksi dapat mencapai Rp 2,56 miliar per bulan.
Desember 2020, Tanijoy mengklaim kalau pengembalian dana atau withdrawal seharusnya bisa dijalankan sesuai jadwal. Namun niat tersebut tersendat proses collection yang terhambat. Mitra atau petani diklaim tidak kooperatif dalam menyelesaikan kewajibannya.
Selanjutnya, Tanijoy berencana melakukan penjadwalan withdraw dan akan merilis disbursement schedule. Proses withdrawal mulai dilakukan kembali pada 15 Januari 2021. Sayangnya, Fadhil menyatakan kalau komitmen Tanijoy tersebut belum terealisasi.
Sempat melakukan mediasi di Mei dan Juni 2021, Himpunan Lender Tanijoy belum melihat itikad baik dari manajemen dalam menjalankan komitmennya. Untuk itu, pihaknya berencana untuk melanjutkan proses ini ke jalur hukum.
“Kami inginnya diselesaikan secara kekeluargaan, namun enam bulan terakhir komitmen tidak terealisasi, manajemen mulai hilang kontak lagi. Untuk itu, kami mulai mencari pendamping (pengacara) untuk ke jalur hukum,” ungkap Fadhil.
Adapun poin-poin komitmen yang diharapkan Himpunan Lender dari manajemen Tanijoy yakni, pertama pengembalian dana bisa dilakukan secara berkala meskipun dicicil. Kedua, lender menginginkan adanya komunikasi aktif dan lebih baik dari pihak manajemen.
Ketiga, manajemen Tanijoy diminta untuk lebih aktif menyelenggarakan rapat daring atau virtual meeting, setidaknya setiap satu bulan sekali. Keempat, manajemen diminta untuk menyerahkan jaminan senilai dana lender yang masih tertahan.
“Terakhir kami ingin ada penataan ulang administrasi dan peningkatan transparansi,” kata Fadhil.
Pada Sabtu (24/7) Akbar Prasetyo dalam akun Twitter-nya @akbarprasetioo bercerita bahwa dia dan 400 investor lain berinvestasi di Tanijoy, dengan total sekitar Rp 4 miliar. Namun, pasca proyek berakhir dia dan investor kehilangan kabar dari management startup tersebut dan mendapat pengembalian dana investasinya.
Berawal dari niatnya untuk membantu para petani Tanah Air, Akbar memutuskan untuk berinvestasi pada proyek kentang granola tele IV sebanyak 6 slot dengan total investasi Rp 12,4 juta di Juli 2020. Dana investasi tersebut seharusnya dikembalikan pada Maret 2021 berikut return-nya, namun sampai saat ini belum ada pengembalian dana.
“Kecurigaan saya semakin jelas, ketika melihat banyak laporan dari investor lain yang ada di google bisnis dan juga comment Instagram Tanijoy yang memiliki nasib sama, ditinggalkan tanpa ada kejelasan,” cuit Akbar pekan lalu.
November 2020, Tanijoy sempat bekerjasama dengan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT Berdikari. Adapun kerja sama terkait penyediaan fasilitas permodalan bisnis peternakan untuk peningkatan produktivitas dan keberlanjutan rantai pasok. Peran Tanijoy yakni sebagai penyedia kredit usaha rakyat (KUR) bagi para peternak sehingga membantu permodalan usaha.