Penduduk Miskin Turun Jadi 25,22 Juta Orang, Kemenkeu Ungkap Alasannya

Ferrika Lukmana Sari
2 Juli 2024, 14:05
Kemiskinan
ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/foc.
Warga duduk di gubuk di pinggiran kali Ciliwung kawasan Roxy, Jakarta, Kamis (27/6/2024). Profil kemiskinan Jakarta pada 2023 mencatat tren menurun menjadi sebanyak 477.830 orang atau 4,44 persen dibandingkan tahun sebelumnya yakni 502.040 orang atau 4,69 persen, yang dipengaruhi oleh program perlindungan sosial yang bersifat universal berisi bantuan sosial dan jaminan sosial sebagai dasar bantuan.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa berbagai kebijakan strategis pemerintah berhasil menopang resiliensi ekonomi nasional. Hal ini tercermin dari penurunan tingkat kemiskinan dari 9,36% pada Maret 2023 menjadi 9,03% pada Maret 2024.

Penduduk miskin pada Maret 2024 turun 0,68 juta orang dari Maret 2023 sehingga jumlah penduduk miskin menjadi sebesar 25,22 juta orang. Angka kemiskinan ini merupakan yang terendah dalam satu dekade terakhir.

Secara spasial juga terjadi perbaikan, tingkat kemiskinan menurun baik di perkotaan maupun di perdesaan. Tingkat kemiskinan di perkotaan turun ke level 7,09% dari 7,29% pada Maret 2023.

Sementara persentase penduduk miskin di perdesaan mengalami penurunan menjadi 11,79% dari 12,22% pada Maret 2023. Penurunan kemiskinan juga terjadi di seluruh wilayah Indonesia, dengan penurunan tertinggi terjadi di Bali dan Nusa Tenggara. 

Tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia (Rasio Gini) juga menurun dan berada di bawah level prapandemi menjadi 0,379 pada Maret 2024 (Maret 2023: 0,388). Level ini merupakan yang terendah dalam satu dekade terakhir. Penurunan ketimpangan terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu menjelaskan penyebab penurunan angka kemiskinan ini ditopang oleh solidnya aktivitas ekonomi domestik dan berbagai program bantuan sosial pemerintah, khususnya dalam merespons kenaikan inflasi pangan pada awal 2024.

“Penurunan ini memberikan harapan di tengah stagnasi perekonomian global. Pemerintah akan terus berkomitmen menjaga stabilitas inflasi sehingga dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat, yang selanjutnya dapat mengakselerasi penurunan tingkat kemiskinan dan perbaikan kesejahteraan masyarakat.” ujar Febrio dalam keterangan resmi, Selasa (2/7).

Inflasi RI Terkendali

Sejalan dengan itu, inflasi Juni 2024 tercatat 2,51% secara tahunan (yoy), turun signifikan dibandingkan Mei 2024 (2,84%) didukung oleh terkendalinya harga pangan serta stabilnya inflasi inti. Secara bulan ke bulan, terjadi deflasi sebesar 0,08% seiring beberapa harga pangan yang terus melandai.

Inflasi pangan bergejolak (volatile food) menunjukkan tren yang terus melandai. Berbagai harga pangan terus mengalami penurunan (a.l. bawang merah, tomat, daging dan telur ayam ras, ikan segar, serta beberapa jenis sayuran).

Tren ini seiring peningkatan stok yang didukung oleh pasokan dalam negeri dan distribusi yang memadai. Harga beras juga terus menunjukkan tren positif, didukung program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) serta cadangan pangan yang kuat.

Hal ini mendorong inflasi volatile food pada bulan Juni terus melambat menjadi 5,96% yoy, dari 8,14% yoy pada Mei 2024. Pergerakan inflasi inti dan administered price mendukung terkendalinya inflasi umum pada kisaran sasaran.

Inflasi inti hanya mengalami penurunan tipis sebesar 1,90% yoy dari 1,93% yoy pada Mei 2024. Kondisi inflasi inti masih menunjukkan daya beli masyarakat yang kuat meskipun tetap harus diwaspadai.

Sementara inflasi administered price sedikit meningkat, menjadi 1,68% yoy, dari 1,52% yoy pada Mei 2024, dipengaruhi oleh faktor musiman yaitu peningkatan tarif angkutan udara di tengah musim liburan sekolah dan dinamika harga avtur.

Febrio mengungkapkan alasan inflasi tetap terkendali karena tidak terlepas dari koordinasi fiskal moneter yang kuat melalui tim pengendali inflasi pusat (TPIP) dan tim pengendali inflasi daerah (TPID).

Meskipun tren inflasi menunjukkan penurunan dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah terus bersiap dengan memperkuat kebijakan yang antisipatif menjaga produksi dalam negeri di tengah risiko perubahan iklim dan persiapan kebencanaan.

"Pemerintah akan terus meningkatkan sinergi dan koordinasi dengan Kementerian Lembaga terkait, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk menciptakan bauran kebijakan yang tepat dalam merespons situasi," kata dia.

Kinerja Manufaktur RI

Aktivitas manufaktur Indonesia juga melanjutkan tren ekspansif selama 34 bulan berturut-turut per Juni 2024. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia berada di level 50,7 (Mei: 52,1). Kinerja manufaktur didorong oleh tingkat output dan permintaan yang masih ekspansif.

Beberapa negara mitra dagang Indonesia yang juga mencatatkan aktivitas manufaktur ekspansif, antara lain Tiongkok dan Amerika Serikat, masing-masing di level 51,8 dan 51,7. PMI manufaktur negara kawasan ASEAN seperti Vietnam dan Thailand juga ekspansif, masing-masing di level 54,7 dan 51,7.

Di sisi lain, aktivitas manufaktur kawasan Eropa masih berada pada zona kontraksi di level 45,6. Negara-negara di kawasan Eropa seperti Jerman dan Perancis mengalami kontraksi masing-masing ke level 43,4 dan 45,3.

Di tengah stagnasi ekonomi global dan gejolak pasar keuangan, PMI Indonesia masih dalam tren ekspansif dan kita berharap tren ini berlanjut ke bulan-bulan berikutnya dengan kualitas yang semakin baik.

"Pemerintah mengupayakan berbagai dukungan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan dan menjaga stabilitas perekonomian nasional ke depan,” ucap Febrio.

Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...