Sri Mulyani Usul Edukasi Pasar Modal Masuk Kurikulum SD
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengungkapkan pentingnya mendorong peningkatan edukasi pasar modal yang dimulai sejak usia Sekolah Dasar (SD), termasuk mengenai Bursa Efek Indonesia (BEI) dan pemahaman dasar tentang jual-beli saham. langkah ini dapat membantu siswa memahami konsep transaksi saham sejak dini, serta terbiasa dengan dunia investasi.
Berdasarkan pengalaman pribadinya, ia baru mulai mempelajari pasar modal saat berada di perguruan tinggi. Sri Mulyani mengusulkan agar edukasi tentang pasar modal dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar.
“Sekarang seharusnya ini mulai diajarkan, bukan diajarkan di tingkat mahasiswa lagi tapi bahkan di tingkat sekolah dasar (SD),” kata Sri Mulyani dalam Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2025, di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (2/1).
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, menyampaikan pihaknya akan berupaya untuk memberikan edukasi pasar modal ke jenjang pendidikan yang lebih rendah. Saat ini, BEI sudah membuka galeri-galeri edukasi di tingkat sekolah untuk menyebarkan pemahaman mengenai pasar modal.
“Satu yang agak sulit adalah buku tabungannya mereka masih atas nama orang tua. Itu yang kami perlukan juga, informasi untuk memudahkan nanti di Anggota Bursa (AB),” ucap Iman.
Iman menyebut BEI juga turut mengundang taman Kanak-kanak (TK) saat Main Hall Bursa Efek Indonesia baru pertama kali dibuka untuk umum pada 2023 lalu. Ia menganggap murid-murid TK merupakan calon investor-investor muda sehingga akan lebih baik jika lebih dini mengetahui tentang saham dan pasar modal.
Sebelumnya Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek Otoritas Jasa Keuangan (OJK), I. B. Aditya Jayaantara, mengatakan jumlah investor pasar modal Indonesia kian meningkat. Hingga 24 Desember 2024, jumlah Single Investor Identification (SID) tumbuh 21,77% menjadi 14.817.376 SID, dari sebanyak 12.168.061 SID pada 2023 lalu.
“Pertumbuhan jumlah investor merupakan hasil dari keberhasilan inklusi keuangan yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan,” tambah Aditya.
Dia mengatakan penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp 251,04 triliun dari 187 penawaran umum, dengan 35 di antaranya merupakan emiten baru hingga 27 Desember. Secara rinci, sebanyak 34 merupakan emiten saham dan satu lainnya merupakan emiten Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS).