Investor Kakap Bank Digital Ribbit Beli Saham Bank Jago (ARTO)

Image title
4 Oktober 2021, 08:05
bank jago, bank digital, saham bank jago, ribbit capital, gojek, gic singapura
Humas Bank Jago

Siapa Ribbit?

Berdiri pada 2021 dan bermarkas di palo Alto, California, Ribbit gemar berinvestasi di perusahaan startup dan digital, khususnya di sektor keuangan. Berdasarkan data Crunchbase, venture capital ini sudah menggelar 11 kali putaran pendanaan dengan total dana US$ 1,3 miliar.

Portofolio Ribbit tersebar di berbagai negara dan kawasan, mulai dari Amerika Serikat, Amerika Latin, Asia hingga Indonesia. Di Asia, perusahaan ini paling aktif di Negara India dengan mengoleksi 11 portofolio.

Di antara setumpuk portofolionya, beberapa yang menarik adalah Capital Float (penyedia layanan pay later di India); bank digital pertama di dunia asal Inggris, Revolut; bank digital besar di Brasil, Nubank; dan aplikasi investasi saham di Indonesia, Ajaib. Ajaib menjadi portofolio investasi pertama Ribbit di Asia Tenggara, yang kini berlanjut ke Bank Jago.

Investor Bank Jago

Setelah diambil alih Patrick Walujo dan Jerry Ng, lalu mengubah haluan menjadi bank digital, Bank Jago memang telah memicu minat besar para investor. Pada 18 Desember 2020, Gojek melalui anak usahanya PT Dompet Karya Anak Bangsa (Gopay) muncul sebagai pemegang saham di atas 5% Bank jago.

Pada saat itu, Gojek membeli 1,95 miliar saham Bank Jago dengan nilai Rp 1.150 per saham. Artinya, nilai transaksi pembelian saham tersebut mencapai Rp 2,25 triliun. Setelah transaksi itu, Gojek memiliki 2,4 miliar saham Bank Jago atau setara 22,16% dari total saham.

Pemerintah Singapura melalui GIC Private Limited juga tertarik pada Bank Jago. Pada 17 Maret 2021, GIC menyuntikkan modal sebesar Rp 2,59 triliun pada Bank Jago. Transaksi dilakukan dengan membeli 1,11 miliar saham baru atau rights issue bank digital itu dengan harga Rp 2.350 per saham.

Saat ini, GIC atas nama pemerintah Singapura memiliki 8,07% saham bank yang sebelumnya bernama Bank Artos tersebut. Sementara itu, GIC juga memiliki 145,23 juta saham Bank Jago atas nama Otoritas Keuangan Singapura (MAS) setara 1,05%. Dengan demikian, secara total, GIC punya 1,26 miliar saham atau 9,12% saham Bank Jago.

Animo tinggi para investor itu juga tercermin dari lonjakan harga saham dan valuasi Bank Jago. Saat diakuisisi Jerry Ng dan Patrick Walujo pada 26 Desember 2019, harga sahamnya ditutup pada Rp 277 per saham.

Per 1 Oktober 2021, harga saham Bank Jago Rp 15.075 per saham. Artinya harga saham Bank Jago naik 5.341% sejak duo pengendali Bank Jago mengakuisisi kurang dari dua tahun lalu.

Berkat kenaikan signifikan tersebut, kini nilai kapitalisasi pasar Bank Jago mencapai Rp 208,88 triliun. Nilainya berada di urutan ke-6 sebagai emiten berkapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia atau punya bobot 2,7% dari seluruh nilai kapitalisasi Rp 7.671 triliun.

Nilai kapitalisasi pasar itu hanya kalah dari Bank Central Asia (BBCA) dengan nilai kapitalisasi Rp 825 triliun, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) senilai Rp 586 triliun, Telkom Indonesia (TLKM) senilai Rp 363 triliun, Bank Mandiri (BMRI) senilai Rp 282 triliun, dan Astra Indonesia (ASII) senilai Rp 221 triliun.

Meski begitu, nilai kapitalisasi Bank Jago sudah di atas bank besar, seperti Bank Negara Indonesia (BBNI) yang senilai Rp 99,77 triliun, Bank CIMB Niaga (BNGA) senilai Rp 24,5 triliun, Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) senilai Rp 25,42 triliun, Bank Mega (MEGA) Rp 55,71 triliun, atau Bank Permata (BNLI) senilai Rp 61,51 triliun.

Halaman:
Editor: Redaksi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...