Geliat Pasar Batu Bara, Laba Adaro Meroket 284% Jadi Rp 6 Triliun
Penghasilan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) tercatat naik hingga 70% dari US$ 676 juta menjadi US$ 1,14 miliar berkat kenaikan harga jual rata-rata. Adapun, margin EBITDA berada di level 45%, karena upaya peningkatan efisiensi operasional dan pengendalian biaya.
Dalam hal ini, Adaro juga merevisi panduan EBITDA operasional 2021 menjadi US$ 1,75 miliar – AS$ 1,90 miliar karena fundamental pasar batu bara meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Likuiditas Adaro Memadai
Sampai akhir kuartal III 2021, tingkat likuiditas Adaro memadai, yakni US$ 2,01 miliar. Jumlah ini terdiri dari, kas sebesar US$ 1,51 miliar, investasi US$ 169 juta, dan komitmen fasilitas pinjaman yang belum dipakai US$ 333 juta.
Total aset tercatat US$ 7,11 miliar atau naik 10% dari periode yang sama tahun lalu. Aset lancar US$ 2,32 miliar, sementara aset non-lancar naik US$ 4,79 miliar. Pada akhir 2021, saldo kas tercatat US$ 1,51 miliar.
Sampai akhir September 2021, aset tetap perusahaan menyusut 13% menjadi US$ 1,41 miliar. Tak hanya itu, properti pertambangan juga menurun 9% menjadi US$ 1,25 miliar.
Total liabilitas tercatat naik 8% menjadi US$ 2,79 miliar dari semula US$ 2,58 miliar. Liabilitas jangka pendek menurun 10% menjadi US$ 1,03 miliar, terutama karena pembayaran pinjaman bank dan penurunan utang royalto. Di sisi lain, liabilitas jangka panjang naik 22% menjadi US$ 1,76 miliar.
Di sisi lain, tingkat ekuitas Adaro tercatat US$ 4,32 miliar atau 11% lebih tinggi dari posisi tahun lalu US$ 3,88 miliar.