Adaro Incar Rp 592 Miliar per Tahun dari Proyek PLTU Batang
Emiten pertambangan batu bara, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menyampaikan proyek Bhimasena Power Indonesia (BPI) telah mulai beroperasi pada 31 Agustus lalu. Perseroan mengatakan, proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batang tersebut memiliki nilai investasi senilai US$ 4,2 miliar atau setara Rp 62,16 triliun dengan asumsi kurs Rp 14800 per dolar AS.
Proyek ini merupakan konsorsium dari tiga perusahaan yaitu Electric Power Development Co., Ltd. (J-Power), PT Adaro Power, dan ITOCHU Corporation.
"Kami harapkan, BPI bisa menyumbang pendapatan US$ 35 juta (Rp 518 miliar) hingga US$ 40 juta per tahun (Rp 592 miliar)," ujar Chief Financial Officer Adaro Energy, Lie Luckman pada paparan publik, Senin (12/9).
Adapun, proyek yang mulai beroperasi ini, dikerjakan oleh Adaro Power, anak usaha Adaro Energy dengan kepemilikan saham sebesar 34%.
Saat ini, perseroan berfokus untuk bertransformasi untuk membangun proyek energi terbarukan. Hal tersebut sebagai dukungan perseroan terhadap isu climate change. Sebab itu, perseroan mengatakan akan membutuhkan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang cukup besar.
Perseroan akan menghitung dana capex yang dibutuhkan dan menunggu sampai akhir tahun. Serta, melihat hasil kinerja perseroan pada tahun ini. Hal tersebut menyebabkan perseroan belum memutuskan akan membagikan dividen atau tidak.
Selain itu, perusahaan juga menyampaikan pemenuhan Domestic Market Obligation (DMO) mencapai 28% dari yang disyaratkan sebesar 25%.
Adapun, Adaro Energy Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang tinggi EBITDA operasional dan laba inti pada semester I 2022, yakni masing-masing naik 269% dan 338% menjadi US$ 2,34 miliar dan $1,45 miliar.
Secara rinci, EBITDA operasional Adaro melonjak 269% menjadi US$ 2.34 juta dari US$ 635 juta, karena harga dan produksi masing-masing naik 117% dan 6%. Harga jual rata-rata (ASP) pada kuartal II 2022 naik 135%.
Laba inti Adaro pada paruh pertama tahun ini tercatat sebesar US$ 1,44 miliar , atau setara dengan kenaikan 338%. Hal ini terjadi berkat harga yang sangat tinggi dalam sejarah akibat peristiwa-peristiwa geopolitis dan efisiensi operasional yang dilakukan secara berkesinambungan.
Di sisi lain, royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah Indonesia bersama dengan beban pajak penghasilan meningkat 315% menjadi US$ 1,2 miliar dari US$ 291 juta pada periode yang sama tahun lalu. Perusahaan menghasilkan arus kas bebas sebesar US$ 1,04 miliar pada semester I 2022, yang setara dengan kenaikan 221%, walaupun belanja modal naik 111% menjadi US$ 157 juta. Posisi kas bersih Adaro tercatat sebesar US$ 770 juta, dan posisi total kas naik 86% menjadi US$ 2,2 miliar dari US$ 1,2 miliar.