8 Perusahaan RI Masuk Daftar Forbes Global 2000, Ini Profil Kinerjanya

Image title
11 Juni 2023, 19:45
Forbes
Forbes
Ilustrasi, tampilan halaman awal laporan Forbes Global 2000.

Dalam daftar Forbes Global 2000 yang baru dirilis, tercatat ada delapan perusahaan asal Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut. Sebagian besar perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut, berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan berasal dari sektor perbankan.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BRI berhasil masuk dalam daftar Forbes Global 2000 ini, menempati urutan ke-307. Kemudian, PT Bank Mandiri Tbk berada di peringkat ke-418, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menempati peringkat ke-462, dan PT Bank Negara Indonesia (BNI) di peringkat ke-930.

Lalu, ada PT Telkom Indonesia Tbk yang menempati peringkat ke-787, PT Bayan Resources Tbk dan PT Adaro Energy Tbk yang menempati peringkat ke-983 dan 1.393. Terakhir, ada PT Garuda Indonesia Tbk, yang berada di peringkat ke-1.572.

Sebagai informasi, Forbes Global 2000 memeringkat perusahaan terbesar di dunia menggunakan empat metrik, antara lain penjualan/pendapatan, laba, aset, dan nilai pasar.

Berikut ini, ulasan singkat mengenai profil kinerja delapan perusahaan asal Indonesia yang masuk dalam daftar Forbes Global 2000.

1. BRI

Gedung BRI waktu malam
Kantor pusat BRI (BRI)

Dilihat dari kinerjanya, BRI memang pantas masuk dalam daftar yang dirilis majalah Forbes ini. Pasalnya, sepanjang tahun lalu BRI membukukan kinerja yang sangat baik. Bahkan, bank tertua di Indonesia ini membukukan kinerja paling apik di antara empat bank besar Indonesia.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), BRI tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp 51,4 triliun sepanjang tahun lalu. Torehan ini melonjak 67,15% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Pada 2020, BRI tercatat mampu membukukan pendapatan bunga bersih senilai Rp 124,59 triliun, meningkat 9,20% dibanding perolehan yang sama tahun sebelumnya, yang senilai Rp 114,09 triliun. Adapun, marjin bunga bersih tercatat tumbuh 6,80% secara tahunan.

Aset BRI pun tercatat meningkat hingga Desember 2022 tercatat naik 11,18% menjadi Rp 1.865,64 triliun. Sedangkan, perolehan dana pihak ketiga atau DPK, tercatat tumbuh 14,85% menjadi Rp 1.307,88 triliun.

Kinerja yang apik tersebut berlanjut pada tahun ini. Pada kuartal pertama 2023, BRI dan entitas anak usahanya mencetak laba bersih Rp 15,56 triliun, meningkat 27,37% dibanding periode yang sama tahun lalu. Dalam periode sama, pendapatan bunga dan pendapatan syariah bersih BRI secara konsolidasi tumbuh 7,8% (YoY) menjadi Rp 32,77 triliun.

Torehan laba BRI di kuartal pertama tahun ini utamanya ditopang penyaluran kredit, dengan nilai total mencapai Rp 1.180,12 triliun. Dari jumlah tersebut, mayoritasnya merupakan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

2. Bank Mandiri

PT Bank Mandiri Tbk
PT Bank Mandiri Tbk (Dokumentasi Bank Mandiri)

Dilihat dari kinerja sepanjang tahun lalu, Bank Mandiri menorehkan kenaikan pendapatan dan laba yang signifikan, dibandingkan tahun sebelumnya. Sepanjang 2022, Bank Mandiri meraup laba bersih Rp 41,2 triliun, naik 46,9% secara tahunan (YoY).

Secara perinci, Bank Mandiri mencatatkan pendapatan bunga senilai Rp 112,38 triliun, naik 14,97% (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya, yang sebesar Rp 97,75 triliun. Adapun, beban bunga bank pelat merah ini tercatat turun tipis 0,84% menjadi Rp 24,48 triliun, dari semula Rp 24,69 triliun.

Dalam hal penyaluran kredit, sepanjang tahun lalu Bank Mandiri menyalurkan sejumlah Rp 1.172,6 triliun, naik 14,26% (YoY) dibandingkan 2021, yang sebesar Rp 1.026,22 triliun. Bersamaan dengan kenaikan jumlah kredit tersebut, aset yang dimiliki Bank Mandiri juga tercatat meningkat 15,47% menjadi Rp 1.992,54 triliun, dari sebelumnya Rp 1.725,61 triliun.

Adapun, DPK Bank Mandiri, juga tercatat meningkat signifikan 15,46% sepanjang 2022, menjadi Rp 1.492,6 triliun. Pada 2021, DPK Bank Mandiri tercatat sebesar Rp 1.292,73 triliun.

Memasuki 2023, kinerja Bank Mandiri pun tercatat positif, di mana laba bersih konsolidasi pada kuartal pertama 2023 tumbuh 25,2% menjadi Rp 12,6 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara dari sisi kapitalisasi pasar, per Maret 2023, market cap Bank Mandiri tercatat sebesar Rp 478,33 triliun.

3. BCA

Menara BCA
Menara BCA (bca.co.id)

BCA menjadi satu-satunya bank swasta Indonesia yang masuk dalam daftar Forbes Global 2000. Sepanjang tahun lalu, BCA beserta entitas anak membukukan laba bersih senilai Rp 40,7 triliun, naik 29,6% secara tahunan (YoY). Ini merupakan rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Selama periode 2018-2022 laba bersih emiten berkode BBCA ini terus naik, kecuali pada 2020. Di tahun awal pandemi tersebut, laba bersih BCA sempat terkontraksi 4,98% (yoy). Namun, jika dilihat secara kumulatif, dalam lima tahun belakangan laba bersih tercatat tumbuh 57,65%.

Pencapaian laba BCA sepanjang tahun lalu ditopang permintaan kredit korporasi, yang naik 12,5% menjadi Rp 322,2 triliun. Kemudian, kredit komersial dan usaha kecil menengah (UKM), yang naik 10,1% menjadi Rp 210,2 triliun.

Lalu, kredit pemilikan rumah (KPR) yang naik 11,0% menjadi Rp 108,3 triliun, kredit kendaraan bermotor (KKB) naik 13,6% menjadi Rp 46,1 triliun, saldo outstanding kartu kredit tumbuh 13,4% menjadi Rp 13,8 triliun, dan total portofolio kredit konsumer naik 11,7% menjadi Rp 171,3 triliun.

Pada kuartal pertama 2023, BCA membukukan laba bersih senilai Rp 11,5 triliun pada kuartal pertama 2023. Perolehan laba tersebut tercatat naik 43% secara tahunan.

BCA mencatatkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) selama kuartal I-2023 sebesar 28,0% secara tahunan menjadi Rp 18,5 triliun.

Adapun, pendapatan selain bunga tercatat tumbuh 5,6% YoY menjadi Rp 6,3 triliun, yang ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 6,9%. Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp 24,8 triliun atau naik 21,5% YoY. Dari sisi kapitalisasi pasar, per Maret 2023, market cap BCA tercatat sebesar Rp 1.121,8 triliun.

4. Telkom

TELKOM BUKUKAN PENDAPATAN RP147,3 TRILIUN
TELKOM BUKUKAN PENDAPATAN RP147,3 TRILIUN (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Dalam daftar Forbes Global 2000, Telkom tercatat menempati urutan ke-787. Perusahaan telekomunikasi berstatus BUMN ini, menorehkan kinerja yantg apik sepanjang tahun lalu dan pada periode tiga bulan pertama tahun ini.

Mengutip keterbukaan informasi BEI, sepanjang 2022 Telkom mampu membukukan pendapatan sebesar Rp 147,30 triliun, naik 2,86% dibandingkan tahun sebelumnya, yang sebesar Rp 143,2 triliun.

Pendapatan konsolidasi Telkom ditopang oleh kinerja berbagai segmen bisnis. Pada segmen mobile, Telkomsel selaku anak usaha membukukan pendapatan Rp 89,04 triliun atau tumbuh 1,8% dibandingkan 2021. Sementara, segmen digital business menjadi kontributor pertumbuhan kinerja dengan kontribusi sebesar 81,9% dari total pendapatan.

Pada segmen consumer, pendapatan IndiHome tercatat sebesar Rp 28,0 triliun atau tumbuh 6,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan kontribusi 19% dari total pendapatan. Lalu, pada segmen enterprise, perseroan mencatat kinerja sebesar Rp 19,2 triliun dengan layanan B2B Digital IT Services dan Enterprise Connectivity sebagai kontributor utama pendapatan.

Meski demikian, laba bersih atau laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk, tercatat sebesar Rp 20,75 triliun pada 2022. Jumlah ini turun 16,2% dari capaian tahun sebelumnya, yang sebesar Rp 24,76 triliun.

Adapun, per Maret 2023 kapitalisasi pasar Telkom tercatat sebesar Rp 411,11 triliun. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan nilai kapitalisasi pasar Telkom tembus Rp 500 triliun pada 2025 mendatang.

Untuk mencapai target tersebut, Telkom Grup akan menerapkan lima strategi utama atau five bolds moves. Kelimanya ialah inisiatif Fixed Mobile Convergence (FMC), InfraCo, Data Center Co, B2B Digital IT Service Co dan DigiCo.

5. BNI

LIMIT DEBIT BNI
LIMIT DEBIT BNI (BNI.CO.ID)

Sepanjang 2022, BNI mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 18,31 triliun, naik signifikan 68% dibandingkan torehan laba bersih tahun sebelumnya. Dalam paparan kinerja pada 24 Januari lalu, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, realisasi laba bersih tersebut lebih tinggi dari yang diestimasikan. Bahkan, realisasi ini jauh di atas pencapaian sebelum pandemi dan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah BNI.

"Total kredit yang disalurkan di tahun 2022 telah mencapai Rp 646,19 triliun, tumbuh di atas target awal perusahaan yaitu mencapai 10,9% secara tahunan, diikuti dengan net interest margin (NIM) yang terjaga di posisi 4,8%. Pertumbuhan kredit yang sehat ditopang oleh ekspansi bisnis dari debitur top-tier dan bisnis turunannya yang berasal dari value chain debitur,” ujar Royke dalam Paparan Kinerja Keempat 2022, Selasa (24/1).

Dari sisi likuiditas, BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan dana murah atau CASA yang kuat sebesar 10,1% secara tahunan. Dana tersebut dihasilkan dari strategi perseroan untuk membangun transaction-based CASA, melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi yang komprehensif dan terpercaya.

Pertumbuhan fee based income tercatat sebesar 8,7% secara tahunan menjadi Rp 14,8 triliun. Hal ini dicapai dengan melakukan pergeseran pola pertumbuhan fee based income untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan biaya transfer melalui program BI Fast. Hal itu sejalan dengan tren menurunnya transaksi transfer antar bank.

Bank dengan kode emiten BBNI itu juga berhasil menumbuhkan pendapatan non bunga yang memberi nilai tambah bagi nasabah. Contohnya di retail banking, fitur bill payment atau pembayaran tagihan saat ini berkontribusi lebih dari Rp 300 miliar ke pendapatan atau tumbuh 18% secara tahunan.

Pada kuartal pertama tahun ini, BNI juga mencatatkan kinerja yang apik. Per 31 Maret, BNI membukukan pendapatan bunga dan pendapatan syariah bersih sebesar Rp 10,4 triliun, meningkat 12,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Seiring dengan itu, laba bersih BNI yang diatribusikan ke pemilik entitas induk pada kuartal I-2023 juga tumbuh 31,8% (yoy) menjadi Rp 5,2 triliiun.

6. Bayan Resources

PT Bayan Resources Tbk (BYAN)
PT Bayan Resources Tbk (BYAN) (PT Bayan Resources Tbk (BYAN))

Bayan Resources berhasil mencetak laba bersih US$ 2,18 miliar sepanjang tahun lalu. Torehan laba bersih ini naik sekitar 79% dibandingkan tahun sebelumnya, sekaligus menembus rekor tertinggi.

Perusahaan berkode emiten BYAN ini, tercatat membukukan pendapatan sebesar US$ 4,7 miliar, meningkat 64,91% dibandingkan tahun sebelumnya, yang sebesar US$ 2,85 miliar.

Kinerja yang apik ini utamanya didorong oleh segmen batu bara pihak ketiga, yang tercatat sebesar US$ 4,39 miliar, dan pihak berelasi sebesar US$ 300,3 juta. Sementara, pendapatan dari non-batu bara tercatat sebesar US$ 10,8 juta.

Pada kuartal I-2023, kinerja BYAN juga tercatat positif, dengan pendapatan sebesar US$ 1,04 miliar, meningkat 33,83% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang sebesar US$ 783,8 juta.

Kontributor utama pendapatan Bayan Resources sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, adalah pendapatan ekspor batu bara ke pihak ketiga, yakni KCH Energy Co. Ltd, yang tercatat sebesar US$ 116,32 juta. Lalu, TNB Fuel Service Sdn. Bhd., sebesar 91,99 juta, dan lain-lain di bawah 10% senilai US$ 719,9 juta. Pendapatan ekspor batu bara ini mendominasi total pendapatan perseroan, yakni hingga US$ 942,2 juta.

Dari sisi laba bersih, Bayan Resources berhasil membukukan laba bersih senilai US$ 463,1 juta, naik 12,27% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

7. Adaro Energy

Adaro
Adaro (Muhammad Zaenuddin|Katadata)

Adaro Energy menempati peringkat ke-1.393 dalam daftar Forbes Global 2000. Sepanjang 2022, perusahaan batu bara ini mencatatkan laba bersih sebesar US$ 2,49 miliar, melinjak 167% dibandingkan tahun sebelumnya, yang sebesar US$ 933,4 juta.

Adapun, pada kuartal pertama tahun ini, Adaro mengantongi laba bersih senilai US$ 458,04 juta atau sekitar Rp 6,69 triliun (asumsi kurs Rp 14.622/US$). Perolehan laba bersih tersebut tercatat naik sebesar 14,49% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya, yang senilai US$ 400,07 juta.

Berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan, Adaro Energy meraup pendapatan sebesar US$ 1,83 miliar, meningkat 50,12% dari kuartal pertama tahun sebelumnya US$ 1,22 miliar.

Secara perinci, pendapatan usaha tersebut terdiri dari penjualan batu bara ekspor sebesar US$ 1,54 miliar, naik dari sebelumnya US$ 971,31 juta. Penjualan batu bara domestik tercatat turun menjadi US$ 195,54 juta dari US$ 210,98 juta di kuartal pertama 2022.

Penjualan batu bara kepada pihak berelasi meningkat menjadi US$ 55,86 juta dari sebelumnya US$ 5,45 juta. Sementara itu, pendapatan dari jasa pertambangan juga meningkat dari sebelumnya US$ 26,59 juta menjadi US$ 32,51 juta.

Sementara, total aset perusahaan sampai dengan kuartal pertama tahun ini mengalami penurunan menjadi US$ 9,82 miliar, dari US$ 10,78 miliar pada akhir Desember 2022 lalu.

8. Garuda Indonesia

Maskapai Garuda Indonesia
Maskapai Garuda Indonesia (Garuda Indonesia)

Setelah mencatatkan kerugian selama lima tahun berturut-turut, Garuda Indonesia akhirnya membukukan laba bersih pada 2022 lalu. Pencapaian ini berhasil diperoleh berkat kenaikan pendapatan, serta adanya restrukturisasi utang.

Mengutip laporan keuangan yang telah dipublikasikan, Garuda Indonesia tercatat membukukan laba bersih sebesar US$ 3,73 miliar atau setara dengan Rp 55,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.968,65/US$) sepanjang 2022. Tahun sebelumnya, perusahaan membukukan rugi bersih sebesar US$ 4,16 miliar atau sekitar Rp 62 triliun.

Dari segi pendapatan, perusahaan berkode emiten GIAA ini, mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$ 2,1 miliar. Jumlah ini naik 57% dari pencapaian tahun sebelumnya, yakni US$ 1,33 miliar.

Secara perinci, pendapatan usaha yang berasal dari penerbangan berjadwal naik 62,3% menjadi US$ 1,68 miliar. Selain itu, pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal juga mencatatkan kenaikan signifikan 98,5%, dari US$ 88,05 juta menjadi US$ 174,81 juta.

Selain kenaikan pendapatan usaha yang signifikan, kinerja Garuda Indonesia sepanjang 2022 juga diuntungkan adanya restrukturisasi utang. Sepanjang tahun lalu, perusahaan mendapatkan pendapatan dari restrukturisasi utang sebesar US$ 2,85 miliar, serta keuntungan dari restrukturisasi pembayaran sebesar US$ 1,38 miliar.

Memasuki 2023, kinerja Garuda Indonesia juga cenderung positif, meski pada tiga bulan pertama mencatatkan kerugian. Meski mencatatkan rugi bersih, jumlahnya jauh menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Per 31 Maret, emiten penerbangan ini mencatatkan penurunan kerugian bersih senilai 50,91% menjadi sebesar US$ 110,03 juta atau setara dengan Rp 1,62 triliun (asumsi kurs Rp 14.762/US$).

Pada periode sama tahun sebelumnya, Garuda Indonesia membukukan kerugian bersih senilai US$ 224,14 juta atau setara Rp 3,30 triliun. Pencatatan rugi bersih pada tahun kinerja berjalan ini dipengaruhi oleh penerapan standar akuntansi PSAK 73, yang mengatur tentang pembukuan transaksi sewa pada beban operasi.

Perusahaan berkode emiten GIIA ini tercatat mengantongi kenaian pendapatan usaha 72% pada kuartal I-2023 menjadi US$ 602,99 juta atau sekitar Rp 8,90 triliun jika dibandingkan dengan catatan pendapatan usaha pada tiga bulan pertama tahun lalu, sebesar US$ 350,15 juta atau setara Rp 5,16 triliun.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...