Kementerian BUMN Optimistis Divestasi BSI Rampung Sebelum Oktober 2024
Kementerian BUMN optimistis divestasi saham Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang dimiliki Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dapat selesai sebelum Oktober 2024.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, kementerian sedang mempertimbangkan dua opsi untuk unlocked value saham bank syariah berkode emiten BRIS ini, yaitu bisa lewat investor strategis atau ke publik.
Namun Arya menyatakan belum dapat menyebutkan calon investor strategis yang dikabarkan akan mengakuisisi bank syariah terbesar di Indonesia tersebut.
"Memasukkan investor atau menambah saham ke publik dapat meningkatkan kapitalisasi market BSI sebagai hasil merger anak-anak usaha bank BUMN," kata Arya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (21/2).
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menjelaskan rencana pelepasan kepemilikan saham perusahaan di BSI masih dalam pengkajian. Dia menegaskan bahwa BNI, yang saat ini masih sebagai pemegang saham BSI selalu mendukung bank syariah pelat merah tersebut untuk mencetak kinerja yang lebih baik.
Dia juga menegaskan bahwa BNI akan mendukung apapun model bisnis BSI ke depan. "Kami akan pertimbangkan untuk nantinya ada investor strategis. Kami dukung," sebut Royke kepada wartawan di acara Pertemuan Tahunan Jasa Keuangan 2024, dikutip Kamis (21/2).
Sebagai informasi, saham bank yang melantai di BEI pada 9 Mei 2018 ini dimiliki oleh BNI sejumlah 10,72 miliar saham atau 23,24%. Lalu ada Bank Mandiri Tbk yang menguasai 23,74 miliar saham BRIS (51,47%), dan BRI mengantongi 7,09 miliar saham perusahaan atau 15,38%.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo sebelumnya mengatakan, BRI dan BNI akan keluar secara perlahan dari BSI. Sementara Bank Mandiri tetap akan menjadi pemegang saham pengendali.