Laba Bersih Emiten Prajogo Pangestu CUAN Melesat 208,6% pada Semester I 2024
Emiten pertambangan batu bara milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk membukukan laba bersih tahun berjalan US$ 33,09 juta (kurs 16.290) atau Rp 539,14 miliar semester I 2024. Jumlah laba bersih perusahaan dengan kode emiten CUAN tersebut naik 208,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$ 10,72 juta atau sebesar Rp 174,68 miliar.
Dalam laporan keuangan perusahaan, total laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 163,2% menjadi US$ 29,57 juta atau Rp 481,73 miliar di semester I 2024. Adapun pendapatan CUAN tercatat sebesar US$ 309,69 juta atau senilai Rp 5,04 triliun per Juni 2024. Perolehan tersebut melonjak 348,4% dari periode yang sama sebelumnya US$ 69,06 juta atau Rp 1,12 triliun.
Seiring dengan kenaikan laba dan pendapatan, beban pokok pendapatan CUAN melonjak 660,5% menjadi US$ 243,24 juta dari sebelumnya US$ 31,98 juta pada periode yang sama 2023. Alhasil laba bruto semester I 2024 US$ 66,44 juta, melonjak dari sebelumnya US$ 37,09 juta.
Sementara beban penjualan US$ 24,39 juta, naik dari US$ 20,94 juta. Beban umum dan administrasi menjadi US$ 18,94 juta, dan pendapatan operasi lainnya menjadi US$ 30,80 juta. Dengan demikian, laba usaha emiten orang terkaya nomor satu di tanah air itu sebesar US$ 51,12 juta pada semester I 2024, naik dari US$ 13,49 juta pada periode yang sama sebelumnya.
Apabila melihat dari sisi neraca, total aset emiten Prajogo Pangestu itu meroket 403% mencapai US$ 1,15 miliar atau Rp 18,8 triliun pada semester I 2024 dibandingkan pada Desember 2023 US$ 230,06 juta. Kemudian ekuitas perusahaan juga naik 171,2% menjadi US$ 327,38 juta per Juni 2024. Sementara total liabilitas CUAN juga melonjak 658,8% menjadi US$ 829,81 juta pada semester I 2024.
Direktur Utama Petrindo Jaya Kreasi, Michael, mengatakan kenaikan total aset konsolidasian CUAN terutama disebabkan kenaikan kas dan setara kas, piutang, dan aset tetap. Hal itu sehubungan dengan adanya akuisisi anak usaha pada Februari 2024 dan Mei 2024 lalu. Sedangkan kenaikan kewajiban perusahaan disebabkan adanya fasilitas utang bank untuk kebbutuhan asuisisi anak usaha dan modal kerja.
“Dampak dari perubahan tersebut tidak berdampak pada penurunan kinerja perusahaan,” kata Michael dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (30/7).