Proyeksi Kinerja Wijaya Karya dan PTPP di Tengah Rencana Merger

Nur Hana Putri Nabila
23 Agustus 2024, 15:32
Merger
ARIEF KAMALUDDIN | KATADATA
Button AI Summarize

Sinarmas Sekuritas menyebut penggabungan atau merger antara PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT PP Tbk (PTPP) cenderung positif. Karena emiten konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu akan lebih fokus pada pembangunan pelabuhan, bandara, pabrik, serta perumahan.

Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas, Ike Widiawati mengatakan, dalam proyek Ibu Kota Nusantara (IKN), Wijaya Karya dan PTPP memiliki porsi proyek terbesar. Jika rencana merger BUMN Karya terwujud, Wijaya Karta berpotensi menjadi yang terdepan dari merger BUMN karya lainnya.

Menurut Ike, Wijaya Karya dan PTPP memiliki posisi kuat karena menguasai proyek besar,  seperti PTPP yang fokus pada pembangunan gedung. Sementara proyek di IKN seperti pembangunan gedung, apartemen, mal, dan rumah sakit akan menjadi domain utama PTPP.

“Kemudian sektor energi juga akan dipegang oleh Wijaya Karya dan PTPP,” kata Ike dalam Monthly Market Outlook Webinar bertajuk Menilik Peluang IKN dan Sektor Konstruksi” secara virtual, Kamis (22/8). 

Jika Wijaya Karya dan PTPP berhasil dilebur, maka potensi kontrak yang dipegang juga akan sangat besar. Pada semester pertama 2024, Wijaya Karya bahkan memperoleh kontrak baru sebesar Rp 10,24 triliun, sedangkan PTPP sekitar Rp 9 triliun.

“Jadi di antara gabungan-gabungan emiten, memang dua digabung, mereka dapat nilai kontrak yang tertinggi,” ujarnya.  

Daftar Kontrak Wijaya Karya dan PTPP

No.PerusahaanNilai KontrakSumber KontrakJenis Proyek
1WIKARp 10,24 Triliun
  • Swasta (55,69%)
  • Pemerintah (27,99%) 
  • BUMN (15,89%)
  • Investasi (0,42%)
  • Industri (35,64%)
  • Infrastruktur & Gedung (29,23%)
  • Properti (19,66%)
  • Energy & Industrial Plant (15,47%)
2PTPPRp 9,65 Triliun
  • Pemerintah (56%) 
  • Swasta (24%)
  • BUMN (20%)
  • Proyek Jalan & Jembatan (55%)
  • Gedung (39%)
  • Pelabuhan (4%)
  • Industri (1%)
  • Lainnya (1%)

*Sumber Sinarmas Sekuritas, diolah oleh penulis Katadata.co.id

Ike juga mengungkapkan bahwa kinerja keuangan dan harga saham mayoritas emiten konstruksi mengalami penurunan drastis pada 2024. Meski sempat mengalami kenaikan setelah suspensi WIKA dibuka, namun harga saham WIKA masih jauh di bawah level sebelumnya, dari kisaran 500-an menjadi hanya 300-an. 

Dari segi kapitalisasi pasar, Wijaya Karya memiliki nilai terbesar. Namun, jika dilihat dari sisi Return on Equity (ROE), PTPP menunjukkan performa yang cukup baik, sementara Wijaya Karya masih mencatatkan ROE negatif, meskipun ada perbaikan dari sisi pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA).

“Jadi kinerjanya Wijaya Karya ini perlahan-lahan sudah mulai membaik. Dari sisi utang yang paling banyak PT Waskita Karya Tbk (WSKT), kemudian yang kedua Wijaya Karya,” ujarnya. 

Sinarmas Sekuritas kemudian mengungkapkan porsi utang perusahaan BUMN karya serta rasio Debt to Total Asset Ratio (DAR) di triwulan kedua 2024. Rasio utang ini digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. 

Utang dan Rasio DAR BUMN Karya di Triwulan II 2024

No.PerusahaanUtangProporsi Utang Terhadap Aset
1PT Waskita Karya Tbk (WSKT)Rp 81,33 Triliun89%
2PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)Rp 56,24 Triliun*triwulan I 202487%*triwulan I 2024
3PT PP Tbk (PTPP)Rp 42,52 Triliun73%
4PT Adhi Karya Tbk (ADHI)Rp 26,94 Triliun74%

*Sumber Sinarmas Sekuritas, diolah oleh penulis Katadata.co.id

Namun, ada beberapa hal penting terkait Wijaya Karya yang perlu diperhatikan. Salah satunya posisi utang jatuh tempo pada 8 September mendatang. Akan tetapi, perusahaan telah menyatakan bahwa dana untuk pembayaran utang sudah disiapkan, sehingga kemungkinan besar tidak akan terjadi gagal bayar. 

“Nanti kita lihat untuk Wijaya Karya, kalau dia berhasil melunasi utang, yang nanti jatuh tempo tanggal 8 September, itu berarti kabar baik,” ucap Ike.

Dia melihat pergerakan harga saham WIKA, termasuk anak perusahaannya PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE), menunjukkan tren penurunan berdasarkan analisis candlestick. Meskipun demikian, ada peluang untuk kenaikan dalam waktu dekat.

Namun, secara keseluruhan, tren pergerakannya masih berisiko dan tidak stabil. “Secara keseluruhan, emiten-emiten konstruksi ini memang turunnya udah dalam banget ya, wajar lah karena panik dan lain-lain,” ujarnya. 

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...