Bank Syariah Indonesia Targetkan Layanan Pembiayaan Emas Meluncur di Semester I

Ringkasan
- Pefindo menurunkan peringkat PPRO menjadi idD karena gagal bayar utang senilai Rp 375,40 miliar yang jatuh tempo antara 3 Desember 2024 hingga 1 Agustus 2025.
- Peringkat idD menunjukkan terjadinya gagal bayar surat utang perusahaan, sementara idSD menunjukkan kegagalan bayar kewajiban finansial secara umum.
- Penurunan peringkat ini mengakibatkan saham PPRO masuk papan pemantauan khusus dengan skema FCA dan tercatat terkoreksi 4,55% dalam tiga bulan terakhir serta anjlok 58% secara year to date.

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menargetkan layanan pembiayaan emas dapat diluncurkan pada semester pertama 2025. Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, pengembangan bisnis bank emas BSI sejalan dengan Asta Cita pemerintah yang bertujuan untuk melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi guna meningkatkan nilai tambah dalam negeri, khususnya di sektor ekosistem emas.
Seiring dengan hal ini, BSI akan melanjutkan proses perizinan untuk kegiatan usaha lainnya seperti pembiayaan emas dan penyimpanan emas. Produk bank emas ini akan melengkapi ekosistem emas BSI yang telah ada, seperti gadai emas, cicil emas, dan BSI emas digital. Total volume emas kelolaan BSI saat ini sekitar 17,5 ton.
"(Layanan) pembiayaan (emas) tahun ini, insya Allah semester pertama," kata Hery saat ditanyai di sela-sela Peluncuran Bullion Services di Gade Tower, Rabu (26/2).
BSI telah mendapatkan izin resmi pelaksanaan bank emas dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), melalui Surat OJK No. S-53/PB.22/2025 pada 12 Februari lalu.
Hery mengatakan, saat ini omset bisnis emas di BSI Rp 28,7 triliun. Ia berharap bisnis bank emas dapat memberikan efek pengganda yang signifikan bagi perekonomian Indonesia.
Berdasarkan data perseroan pembiayaan bisnis emas di BSI tahun 2024 mencapai Rp12,80 triliun. Angka tersebut tumbuh 78,17% secara tahunan atau year on year (yoy) meliputi gadai emas dan cicil emas.
Hery juga optimistis kehadiran BSI sebagai bank emas syariah pertama di Indonesia akan menjadi new game changer untuk memberikan diversifikasi instrumen investasi syariah yang aman, mudah dan bisa diakses kapanpun dan di manapun.
Optimisme ini berdasarkan total omset bisnis emas BSI saat ini Rp 28,7 triliun dengan potensi volume transaksi setara 250 ton selama kurun waktu lima tahun tahun ke depan.