Virus Corona Berdampak ke Ekonomi, Mayoritas Industri Tetap Tumbuh
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hatarto juga mengungkapkan hal senada soal perkembangan sektor manufaktur. Menurutnya PMI berada di angka 51,2, setelah tertahan di bawah 50 sepanjang semester II tahun lalu dan Januari 2020.
(Baca: Kasus Corona Nyaris 102 Ribu, Pendapatan Maskapai Anjlok Rp 1.606 T)
Angka tersebut masih relatif lebih tinggi dibandingkan Tiongkok yang hanya 35,7. Sedangkan negara-negara lain seperti Hong Kong, Thailand, Vietnam dan Jepan relatif lebih rendah. "Momentum ini yang mau digunakan Presiden Joko Widodo untuk mendorong impor dan ekspor," kata dia.
Untuk mengurangi dampak virus corona, pemerintah telah menyiapkan beberapa insentif. Sejauh ini, pemerintah telah sepakat menggelontorkan insentif sebesar Rp 10,3 triliun untuk mendorong sektor pariwisata, Kartu Pra-Kerja, Kartu Sembako, dan relaksasi pajak untuk hotel dan restoran. Pemerintah juga merencanakan insentif untuk sektor manufaktur.
D tengah kondisi dunia usaha saat ini, Faisal tak menampik adanya risiko peningkatan rencana utang pemerintah untuk pembiayaan anggaran. Sejauh ini, rasio utang pemerintah Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) masih di kisaran 30%. Rasio utang ini jauh dibandingkan banyak negara, misalnya Singapura yang sudah mencapai 110%.
“Tentu saja ini harus dianggap sebagai darurat, jangan menggampangkan,” ujarnya. Ia pun lantas menyinggung soal ketidakmampuan pemerintah menggaet pajak secara optimal sebagai penyebab terkereknya utang. “Kalau pajaknya optimal masih utang saja sih oke,” ujarnya.