BI Pantau 4 Tanda Ekonomi Tiongkok Mulai Berdenyut Pasca Corona

Yura Syahrul
5 Maret 2020, 05:30
Gedung Bank Indonesia (BI), Jalan M. H Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (26/2/2020).
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Gedung Bank Indonesia (BI), Jalan M. H Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (26/2/2020).

Kedua, kenaikan tingkat imbal hasil (yield) surat utang. Ketiga, meningkatnya tekanan terhadap mata uang. Pada Senin lalu (2/3), kurs rupiah sempat menyentuh level Rp 14.300 per dolar Amerika Serikat (AS).

Instrumen-instrumen investasi di dalam negeri juga makin tertekan oleh hengkangnya dana asing. BI mencatat, arus keluar dana asing secara netto hingga 28 Februari mencapai Rp 30,8 triliun.

Yang paling tertekan adalah pasar surat berharga negara (SBN) yang mengalami arus keluar dana asing sebesar Rp 26,2 triliun. Adapun, dari pasar saham sebesar Rp 4,1 triliun.

Meski begitu, berdasarkan pemantauan BI, dana asing tersebut belum mengalir ke luar negeri. “Investor memang menjual portofolionya, tapi dananya masih disimpan di rekening rupiah,” kata Perry. Ini menandakan gejolak di pasar keuangan akibat wabah Corona hanya bersifat sementara.

Dunia mulai pulih dari corona

Intervensi BI

Demi mengatasi berbagai tekanan tersebut dan mempertebal keyakinan investor, BI pun membuat sejumlah langkah. Langkah itu diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI mingguan pada Senin lalu (2/3).

Pertama, meningkatkan intensitas bank sentral masuk ke pasar untuk memperkuat rupiah. “SBN sebesar Rp 80 triliun dari Rp 103 triliun telah dibeli sejak mencuatnya wabah corona,” kata Perry. Selain untuk memperkuat rupiah, pembelian itu juga bertujuan menambah likuiditas di pasar dan perbankan.

Kedua, BI menurunkan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate (7-DRRR) sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%. Tujuannya untuk mendorong perekonomian domestik yang berpotensi terdampak wabah Corona.

Ketiga, menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) valas. Langkah ini membuat perbankan mendapat tambahan valas hingga US$ 3,2 miliar.

Keempat, menurunkan GWM rupiah. Fasilitas ini diberikan kepada bank-bank yang memberikan pembiayaan untuk ekspor-impor. Kelima, fasilitas lindung nilai (hedging) pada Domestic Non-Delivery Forward.

Dengan berbagai upaya dan langkah tersebut, Perry berharap pasar keuangan bakal lebih stabil dan segera keluar dari tekanan dampak virus Corona. Harapan ini setidaknya mulai terlihat dari penguatan kurs rupiah. Pada Rabu (4/3), rupiah menguat 1,19% ke level Rp 14.112 per dolar AS.

Halaman:
Editor: Redaksi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...