Luhut Pantau Konflik AS-Iran Tak Pengaruhi Minat Investasi Asing ke RI
Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani mengatakan, eskalasi konflik AS-Iran yang kian memanas dapat berdampak negatif bagi harga minyak mentah dunia. Indonesia saat ini merupakan salah satu importir minyak seiring kebutuhan energi nasional terus bertambah setiap tahunnya.
Oleh karena itu, jika konflik dan kenaikan harga minyak terus berlanjut hingga jauh melebihi target harga minyak dunia yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), stabilitas ekonomi nasional bisa terganggu dan menggerus devisa. Berdasarkan APBN 2020, harga minyak diasumsikan sebesar US$ 65 per barrel.
(Baca: Bendera Merah Berkibar, Iran Siap Balas Serangan AS)
"Oleh karena itu, sedapat mungkin subsidi BBM yang bersifat konsumtif harus dikurangi dan kita harus segera memperbanyak dan mendiversifikasi sumber energi nasional, khususnya ke energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan impor minyak," katanya kepada katadata.co.id.
Memanasnya konflik geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran berbuntut pada kenaikan cepat harga minyak dunia. Harga minyak dunia disebut berpotensi terus menanjak, dari posisi saat ini yang berada di kisaran US$ 60 per barel.
Konflik AS dan Iran memanas setelah militer AS melancarkan serangan udara di Baghdad, Irak yang menewaskan Mayor Jenderal Qassem Suleimani, Komandan Pasukan Elite Quds Iran. Adapun serangan AS yang menewaskan Qassem Suleimani berbuah serangan balasan dari Iran.