Data Pertumbuhan Ekonomi Diragukan, BPS: Kami Dicek IMF dan Bank Dunia

Agustiyanti
6 November 2019, 19:09
BPS
ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Ilustrasi.BPS menegaskan perhitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan standard yang telah diterapkan secara internasional, serta rutin dicek oleh IMF dan Bank Dunia.

Menurut Chatib, salah satu yang menolong perlambatan ekonomi Indonesia tak terlalu dalam dan masih berada di kisaran 5% adalah kinerja impor yang turun lebih dalam dari ekspor, sehingga masih tercipta pertumbuhan dari sisi net ekspor. 

(Baca: Makin Melambat, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2019 Hanya 5,02%)

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Sri Soelistyowati menegaskan, data yang dihimpun pihaknya lebih luas dari sekadar komponen-komponen indeks bulanan yang menjadi basis keraguan ekonom asing terkait angka pertumbuhan ekonomi. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dihitung berdasarkan buku panduan (manual book) yang disusun oleh sejumlah lembaga internasional, antara lain IMF, Bank Dunia,  dan OECD.

"Perhitungan pertumbuhan ekonomi dilakukan berdasarkan manual book yang disusun lembaga-lembaga internasional. Perhitungan kami juga dicek oleh IMF dan Bank Dunia setiap tahun, mereka kemudian menerbitkan sertifikasi bahwa perhitungan kami akurat atau tidak," ujar Sri saat dihubungi Katada.co.id, Selasa (6/11).

Sebagai lembaga independen, menurut dia, BPS tak mungkin memanipulasi angka pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, terlalu besar harga yang harus dibayar jika BPS melakukan hal tersebut.

"Terlalu mahal harga yang harus dibayar kalau kami memanipulasi data. Bukan hanya krebilitas BPS yang dipertaruhkan, tetapi Indonesia. Nanti seluruh data tidak dipercaya, siapa yang mau masuk pasar keuangan kita," ungkap dia. 

(Baca: Pertumbuhan Investasi Kuartal III Anjlok, Penyebabnya Kondisi Politik?)

Sri menjabarkan angka pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan BPS pada kuartal III 2019 sebenernya juga melambat. Namun, tertolong oleh konsumsi rumah tangga yang masih kuat. Sementara komponen lain, sesuai rilis BPS, sebenarnya mencatatkan perlambatan pertumbuhan yang cukup dalam.

"Banyak pihak yang kaget saat kemarin kami rilis konsumsi pemerintah tak sampai 1%, tapi kami punya data lengkap untuk menghitung secara akurat. Banyak juga ekonom yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi di atas 5%," jelas dia. 

Selain itu, menurut dia, BPS bukan tak pernah merilis angka pertumbuhan ekonomi di bawah 5%. Pada kuartal II 2015 atau diawal pemerintahan Jokowi, BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,67%, dibawah ekspektasi pasar sebesar 4,8%. 

"Saat itu, miliaran dolar keluar dari pasar uang dan saham. Tapi kami tetap umumkan kalau memang hasilnya tidak bagus," tegas dia. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...